
Pantau.com - Nasib tragis dialami Sriwijaya FC di Liga 1 2018. Tim kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan itu menjadi salah satu tim yang harus terdegradasi ke Liga 2, bersama PSMS Medan dan Mitra Kukar.
Hasil ini sungguh ironi. Pasalnya, di awal musim Sriwijaya ditargetkan meraih gelar juara dengan merekrut pemain-pemain berlabel bintang.
Tak tanggung-tanggung, kala itu manajemen Laskar Wong Kito mendatangkan 12 muka baru, di antaranya adalah Esteban Vizcarra, Makan Konate, Adam Alis, Hamka Hamzah, Manuchekhr Dzhalilov, Mahamadou N'Diaye, Patrich Wanggai, dan Rahmat Hidayat. Dengan ditukangi pelatih jempolan sekaliber Rahmad Darmawan, pantas rasanya jika tim ini digadang-gadang jadi kandidat juara.
"Dia (Rahmad) kami kontrak selama dua musim ke depan dan kami akan membiarkan dia bekerja dulu. Target sudah pasti juara di segala event, baik lokal maupun di luar negeri,” kata Presiden Sriwijaya FC, Dodi Reza Alex saat mendatangkan Rahmad Darmawan, Sabtu, 25 November 2017.
Baca juga: Beto Siap Kapan Saja Dipanggil Timnas Indonesia
Performa apik Sriwijaya pun mulai terlihat di ajang pra musim. Pada ajang Piala Presiden 2018, Teja Paku Alam dan kolega sukses meraih juara tiga. Prestasi lebih mentereng diraih di ajang Piala Gubernur Kaltim, Sriwijaya sukses menjadi juara setelah mengalahkan Arema di partai puncak.
Perlahan tapi pasti, Sriwijaya mulai menunjukkan taringnya di Liga 1. Dua pertandingan awal mereka berhasil mengoleksi 4 poin, usai menahan imbang tuan rumah Borneo FC 0-0 dan mempermalukan Persib Bandung 3-1 di kandang sendiri.
Penyerang Sriwijaya Beto Goncalves (Foto: Antara)
Performa apik pun berlanjut hingga 15 pekan bergulir. Tim bercorak kuning itu masih nyaman menempati urutan tiga klasemen dengan raihan 23 poin atau hanya tertinggal empat poin dari Barito Putera yang ada di puncak klasemen.
Namun, badai finansial menerpa tim ini di bulan April 2018. Kala itu masalah keuangan yang melanda Sriwijaya sudah terendus. Bahkan beberapa pemain mengancam untuk melakukan mogok latihan jika hak para pemain tak segera dipenuhi manajemen. Banyak yang menduga ada dampak politik yang membuat keuangan Sriwijaya goyang.
Mahamadou N'Diaye dan Novan Setya Sasongko memilih hijrah ke Bali United, sementara Adam Alis Setyano hijrah ke Bhayangkara FC. Patrich Wanggai memilih bergabung bersama Persib, dan Rahmad Hidayat masih di Pulau Sumatera bersama PSMS Medan.
Pelatih Rahmad Darmawan pun hengkang, bersama asistennya Rasiman, Kurnia Sandy, serta dokter tim dan fisioterapi.
Eksodus besar-besaran itu membuat Sriwijaya pincang. Kehilangan sejumlah pilar membuat klub yang bermarkas di Gelora Jakabaring itu terjun bebas di papan klasemen.
Bulan Agustus hingga September 2018 menjadi salah satu periode terburuk Sriwijaya. Pasalnya, Esteban Vizcarra cs hanya meraih satu poin hasil dari skor imbang melawan Persebaya 3-3. Selebihnya, mereka menelan kekalahan 0-2 dari Persib, 1-2 kontra Madura United, 0-1 dari Persipura, dan 0-2 saat melawat ke markas PSM Makassar. Usai fase buruk itu, nasib Sriwijaya makin tragis dan semakin mendekati zona degradasi.
Kedatangan Angel Alfredo Vera yang menggantikan Subangkit, pelatih sebelumnya, tak membuat perubahan berarti.
Angel Alfredo Vera (Foto: Antara/ Nova Wahyudi)
Sepekan sebelum liga berakhir, asa untuk bertahan di Liga 1 sempat muncul usai meraih kemenangan lawan seterunya di papan bawah, yakni Mitra Kukar. Sriwijaya menang 3-1 lewat gol dari Esteban Vizcarra, Beto Goncalves, dan Manuchekhr Dzalilov.
Baca juga: Gantikan Subangkit, Alfredo Vera Resmi Tukangi Sriwijaya FC
Kemenangan itu membuat Sriwijaya mengoleksi poin 39, sama seperti Mitra Kukar, Perseru Serui, dan PS TIRA. Penentuan degradasi pun harus terjadi di pekan terakhir.
Namun sayangnya, sebagaimana kita sama-sama ketahui, Dewi Fortuna tampak enggan berlabuh ke pihak Sriwijaya.
Di saat pesaingnya yakni Perseru dan PS TIRA meraih kemenangan, Sriwijaya harus takluk 1-2 di markas Arema FC. Ironisnya, satu gol lawan disumbang Makan Konate, sang mantan.
"Saya mohon maaf sebesar-besarnya kepada masyarakat Sumatera Selatan, khususnya pecinta Sriwijaya FC yang selama ini memberikan dukungan," kata Direktur Utama PT Sriwijaya Optimis Mandiri Muddai Madang usai laga lawan Arema FC.
"Inilah olahraga, yang mana naik turun kasta itu menjadi bagian dari seni olahraga sepak bola. Bahkan Juventus, Sampdoria, juga pernah terdepresiasi di Serie A Italia. Maka dari itu, ini bukanlah akhir dari segalanya," kata Muddai.
"Kami akan tetap optimis dalam berjuang untuk mengembalikan Sriwijaya FC ke habitatnya di Liga 1," ujarnya.
Kini, menarik ditunggu sepak terjang Sriwijaya FC di Liga 2 musim depan. Apakah mampu langsung kembali ke Liga 1 seperti Semen Padang, atau betah berlama-lama di kasta kedua?
- Penulis :
- Adryan N