
Pantau - Sejumlah relawan dari tim Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming menyuarakan ketidakpuasan terhadap isi film dokumenter 'Dirty Vote' yang ditayangkan saat masa tenang Pemilu 2024.
Ketua Umum Relawan Gatot Kaca Prabowo Gibran, Indra Simarta menyoroti informasi tentang bantuan sosial (bansos) yang diangkat dalam film. Ia menyatakan, data tersebut tidak sesuai dengan data resmi pemerintah.
Menurut Indra, film 'Dirty Vote' menyebutkan bahwa anggaran bansos sengaja dinaikkan saat tahun pemilu, terutama pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2014.
“Setelah kami telaah, anggaran bansos pada tahun 2019 dan 2024 hampir sama, meskipun dalam film angkanya terlihat meningkat secara dramatis,” ujar Indra dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (12/2/2024).
Selain itu, ia menunjukkan bahwa pada tahun 2020, saat Jokowi menjabat, anggaran bansos malah naik drastis dibandingkan dengan tahun 2019. Hal ini menunjukkan ketidakakuratan narasi dalam film tersebut.
Sementara itu, Ketua Umum Relawan Arus Bawah Jokowi, Michael Umbas, juga menyatakan kekecewaannya terhadap film tersebut.
Menurutnya, film ini tampaknya memiliki motif untuk menjatuhkan Prabowo-Gibran dan mendukung paslon lain dalam pemilu.
“Kami menyayangkan penayangan film tersebut di masa tenang kampanye, yang dapat mempengaruhi masyarakat dalam menentukan pilihannya,” tegas Umbas.
Kedua belah pihak relawan menegaskan, mereka tidak dapat menerima tindakan yang dianggap sebagai pembajakan demokrasi.
“Kami meyakini pasangan Prabowo-Gibran akan memenangkan pemilu dengan perolehan suara di atas 50%, sehingga pemilu akan berlangsung dalam satu putaran,” tegasnya.
- Penulis :
- Aditya Andreas