Pantau Flash
HOME  ⁄  Pertambangan

Hilirisasi Mineral Kritis Jadi Strategi Geopolitik Indonesia di Rantai Pasok Energi Bersih Global

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Hilirisasi Mineral Kritis Jadi Strategi Geopolitik Indonesia di Rantai Pasok Energi Bersih Global
Foto: (Sumber: Hilirisasi Mineral Kritis Jadi Kunci Indonesia Perkuat Posisi Global.)

Pantau - Indonesia dan sejumlah negara penghasil mineral kritis menghadapi peluang strategis untuk memperkuat posisi dalam rantai pasok global melalui kebijakan hilirisasi yang semakin terarah dan berkelanjutan.

Mineral seperti nikel, kobalt, dan logam tanah jarang kini tak hanya dibutuhkan dalam teknologi energi, tetapi juga di sektor manufaktur, industri chip, pertahanan, dan pengembangan drone.

Fatih Birol dari International Energy Agency (IEA) menyatakan bahwa pengolahan dan pemurnian mineral global masih terkonsentrasi di segelintir negara, sehingga negara produsen bahan mentah seperti Indonesia perlu memperkuat kapasitas hilirisasi guna mendukung kemandirian industri dan ketahanan ekonomi.

Indonesia Jadi Pemain Utama dengan Cadangan Nikel Terbesar Dunia

Han Phoumin dari Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) menyebut Indonesia sebagai negara dengan potensi besar dalam transformasi mineral kritis global yang kini dijuluki sebagai “minyak baru.”

Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, mencapai 55 juta ton atau 42 persen dari total global, serta termasuk dalam 10 besar produsen tembaga dan bauksit.

Pemerintah Indonesia telah menerapkan kebijakan hilirisasi dengan melarang ekspor bijih mentah dan mendorong pembangunan lebih dari 30 smelter.

Dalam periode 2019–2023, Indonesia berhasil menarik investasi asing langsung lebih dari 30 miliar dolar AS.

Kawasan industri Morowali dan Weda Bay menjadi simbol terbangunnya ekosistem baterai dari tambang hingga kendaraan listrik.

Holding BUMN pertambangan MIND ID memimpin upaya hilirisasi nasional, termasuk proyek-proyek strategis PT Vale Indonesia dalam Indonesia Growth Project (IGP), serta pengembangan ekosistem baterai EV oleh PT ANTAM di Halmahera Timur dan Karawang.

Transparansi dan ESG Jadi Kunci Keberlanjutan Hilirisasi

Strategi hilirisasi Indonesia juga dinilai sebagai pernyataan geopolitik atas peran negara dalam rantai pasok energi bersih global.

Namun, Han Phoumin menegaskan bahwa kekayaan sumber daya alam tidak cukup, diperlukan kebijakan yang menjamin kemakmuran berkelanjutan.

Ia menyoroti tiga elemen penting dalam penguatan hilirisasi: transparansi, keberlanjutan, dan diversifikasi.

Transparansi dapat ditingkatkan melalui sistem pemantauan data seperti Critical Minerals Data Hub yang berada di bawah WTO atau G20.

Keberlanjutan menuntut penerapan standar Environmental, Social, and Governance (ESG) nasional serta sistem pelacakan yang kuat guna menarik pembiayaan hijau internasional.

Diversifikasi melalui kerja sama global dan compact sektoral, termasuk dengan Amerika Serikat, menjadi langkah penting untuk memperkuat rantai pasok dan memperluas peluang investasi.

Strategi hilirisasi Indonesia harus tetap selaras dengan kepatuhan terhadap aturan perdagangan internasional, prinsip energi bersih, serta pengelolaan limbah yang bertanggung jawab.

Penulis :
Aditya Yohan