
Pantau – Bulan suci Ramadan 1444 Hijriyah merupan satu-satunya Ramadan yang mendekati dengan Pemilu 2024. Oleh karena itu, kemungkinan besar para caleg mempunyai kesempatan besar untuk melakukan kegiatan politik di tempat-tempat ibadah seperti di masjid hingga musala.
Terkait hal tersebut, pengamat politik Ujang Komaruddin minta kepada para bulan suci Ramadan jangan dikotori dengan pesan-pesan politik praktis yang kotor.
“Bulan suci Ramadan itu bulan penuh kebaikan ya, jangan dikotori oleh pesan-pesan politik praktis yang kotor kecuali ya diwarnai dengan politik kebangsaan, politik kerakyatan, politik membangun keadaban, politik membangun moralitas,” kata Ujang kepada Pantau.com, Kamis (23/3/2023).
“Itu boleh tetapi kalau Ramadan tahun 1444 H dilakukan oleh bacalon itu untuk menebar uang, menebar bantuan tapi tidak ikhlas atau janji-janji yang ga jelas atau melakukan pembohongan itu menjadi persoalan tersendiri di tengah-tengah kita,” sambungnya.
Oleh karena itu, jika kegiatan politiknya dilakukan dengan cara kebangsaan, kerakyatan hingga keadaban, maka itu bisa menjadi keberkahan tersendiri di bulan Ramadan.
“Saya sih melihat kalau kegiatan dari ibadah itulah silakan-silakan saja, justru itu akan mensiarkan islam, mensiarkan Ramadan dan bisa menjaga persatuan melakukan ritual ibadah ya dalam konteks mengisi keberkahan di bulan Ramadan,” ujar Ujang.
“Tapi kalau misalkan arahnya menuju ke politisi agama terus aku misalkan ada ceramah-ceramah yang mengejek atau mendengki gitu ya, mengadu domba, memecah belah itu yang nggak boleh tapi kan kita lihat ini kan baru mulai ya awal Ramadan kita lihat ke depan apakah hasil proses tersebut ada atau tidak yang mudah-mudahan tidak ada,” pungkasnya.
Terkait hal tersebut, pengamat politik Ujang Komaruddin minta kepada para bulan suci Ramadan jangan dikotori dengan pesan-pesan politik praktis yang kotor.
“Bulan suci Ramadan itu bulan penuh kebaikan ya, jangan dikotori oleh pesan-pesan politik praktis yang kotor kecuali ya diwarnai dengan politik kebangsaan, politik kerakyatan, politik membangun keadaban, politik membangun moralitas,” kata Ujang kepada Pantau.com, Kamis (23/3/2023).
“Itu boleh tetapi kalau Ramadan tahun 1444 H dilakukan oleh bacalon itu untuk menebar uang, menebar bantuan tapi tidak ikhlas atau janji-janji yang ga jelas atau melakukan pembohongan itu menjadi persoalan tersendiri di tengah-tengah kita,” sambungnya.
Oleh karena itu, jika kegiatan politiknya dilakukan dengan cara kebangsaan, kerakyatan hingga keadaban, maka itu bisa menjadi keberkahan tersendiri di bulan Ramadan.
“Saya sih melihat kalau kegiatan dari ibadah itulah silakan-silakan saja, justru itu akan mensiarkan islam, mensiarkan Ramadan dan bisa menjaga persatuan melakukan ritual ibadah ya dalam konteks mengisi keberkahan di bulan Ramadan,” ujar Ujang.
“Tapi kalau misalkan arahnya menuju ke politisi agama terus aku misalkan ada ceramah-ceramah yang mengejek atau mendengki gitu ya, mengadu domba, memecah belah itu yang nggak boleh tapi kan kita lihat ini kan baru mulai ya awal Ramadan kita lihat ke depan apakah hasil proses tersebut ada atau tidak yang mudah-mudahan tidak ada,” pungkasnya.
- Penulis :
- M Abdan Muflih