
Pantau - Pengamat politik AB Solissa menilai komunikasi politik Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengalami jalan buntu dalam menentukan kandidat capres 2024.
"Kandidat yang disodorkan oleh Jokowi tidak diakomodir oleh Megawati selaku pimpinan partai," terang AB Solissa saat dihubungi Pantau.com, Selasa (4/4/2023).
AB Solissa menyebut ada opsi yang paling memungkinkan bagi Jokowi agar bisa eksis di Pilpres 2024 sebagai King Maker, yaitu dengan membangun koalisi besar.
"Opsi yang paling mungkin bagi Jokowi agar dirinya bisa eksis di Pilpres 2024 sebagai King Maker adalah dengan membangun koalisi besar, yang didalamnya terdapat 2 poros, yaitu Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Partai Golkar, PPP dan PAN. Lalu poros yang kedua adalah Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang terdiri dari Partai Gerindra dan PKB," katanya.
Sebelumnya, AB Solissa melihat pertemuan Jokowi dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) tak bisa dilepaskan dari konteks upaya PDI Perjuangan (PDIP) menolak kedatangan timnas Israel di Piala Dunia U-20 yang mesti dibatalkan FIFA.
“Jokowi merasa dikerjain oleh PDIP. Padahal, persiapan penyelenggaraan ini sudah berlangsung selama 3 tahun lamanya. Bahkan, 2 gubernur asal PDIP, I Wayan Koster dan Ganjar Pranowo yang sedianya menjadi tuan rumah juga sudah ikut tanda tangan,” ujarnya.
"Kandidat yang disodorkan oleh Jokowi tidak diakomodir oleh Megawati selaku pimpinan partai," terang AB Solissa saat dihubungi Pantau.com, Selasa (4/4/2023).
AB Solissa menyebut ada opsi yang paling memungkinkan bagi Jokowi agar bisa eksis di Pilpres 2024 sebagai King Maker, yaitu dengan membangun koalisi besar.
"Opsi yang paling mungkin bagi Jokowi agar dirinya bisa eksis di Pilpres 2024 sebagai King Maker adalah dengan membangun koalisi besar, yang didalamnya terdapat 2 poros, yaitu Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Partai Golkar, PPP dan PAN. Lalu poros yang kedua adalah Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang terdiri dari Partai Gerindra dan PKB," katanya.
Sebelumnya, AB Solissa melihat pertemuan Jokowi dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) tak bisa dilepaskan dari konteks upaya PDI Perjuangan (PDIP) menolak kedatangan timnas Israel di Piala Dunia U-20 yang mesti dibatalkan FIFA.
“Jokowi merasa dikerjain oleh PDIP. Padahal, persiapan penyelenggaraan ini sudah berlangsung selama 3 tahun lamanya. Bahkan, 2 gubernur asal PDIP, I Wayan Koster dan Ganjar Pranowo yang sedianya menjadi tuan rumah juga sudah ikut tanda tangan,” ujarnya.
- Penulis :
- khaliedmalvino