
Pantau - Ribuan warga Filipina turun ke jalan dalam dua demonstrasi besar di Metro Manila pada Minggu, 16 November 2025, untuk menuntut transparansi dan akuntabilitas pemerintah setelah dua topan mematikan melanda negara tersebut.
Ribuan Warga Bergerak di Dua Lokasi Ikonik
Sebanyak 16.433 personel kepolisian dikerahkan untuk mengamankan dua titik utama demonstrasi, yakni Taman Rizal di Manila dan Monumen Kekuatan Rakyat EDSA di Kota Quezon.
Aksi di Taman Rizal diorganisir oleh kelompok keagamaan Iglesia Ni Cristo (INC) dengan tema Aksi untuk Transparansi dan Demokrasi yang Lebih Baik.
Pemerintah Kota Manila mencatat kehadiran 27 ribu peserta hingga pukul 11.00 waktu setempat.
Sementara itu, aksi di Kota Quezon digerakkan oleh United People’s Initiative (UPI), dipimpin oleh pensiunan perwira militer yang mengusung nilai-nilai demokrasi dan penegakan akuntabilitas tanpa mengusung agenda politik.
Sekretaris Jenderal UPI Rey Valeros menegaskan bahwa tidak ada politisi yang diperbolehkan berbicara kecuali menyampaikan isu-isu nasional seperti pemberantasan korupsi.
Dipicu Bencana dan Skandal Proyek Pengendalian Banjir
Demonstrasi ini merupakan respons langsung atas dampak Topan Fung-wong dan Topan Kalmaegi yang menyebabkan 259 korban jiwa, jutaan warga terdampak, dan 114 orang masih dinyatakan hilang.
Gelombang protes juga diperkuat oleh dugaan korupsi dalam lebih dari 9.800 proyek pengendalian banjir dengan nilai total melebihi 545 miliar peso atau sekitar Rp154,4 triliun.
Massa menuntut akuntabilitas dari para politisi yang terlibat korupsi, transparansi dalam laporan kekayaan pejabat publik, serta pembukaan data rekening bank milik pejabat pemerintah.
Presiden Ferdinand Marcos Jr. disebut memantau langsung jalannya aksi, sebagaimana disampaikan oleh Pelaksana Tugas Sekretaris Kantor Komunikasi Kepresidenan, Dave Gomez.
- Penulis :
- Gerry Eka







