Pantau Flash
HOME  ⁄  Teknologi & Sains

Menkomdigi Meutya Hafid: Generasi Muda Harus Gunakan Teknologi dengan Empati dan Etika

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Menkomdigi Meutya Hafid: Generasi Muda Harus Gunakan Teknologi dengan Empati dan Etika
Foto: (Sumber: Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Viada Hafid. ANTARA/HO-Kementerian Komunikasi dan Digital.)

Pantau - Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Viada Hafid mengajak generasi muda Indonesia untuk menggunakan teknologi secara bertanggung jawab, dengan mengedepankan empati dan etika.

"Teknologi harus kita jalankan dengan berempati dan beretika. Teknologi diciptakan untuk membantu manusia, bukan menjadi penguasa atas manusia," tegas Meutya.

Ia menyampaikan bahwa teknologi, khususnya kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence/AI), telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia.

Namun, jika pemanfaatannya tidak diiringi dengan nilai-nilai moral, maka teknologi dapat kehilangan arah dan bahkan berdampak negatif terhadap kemanusiaan.

Manusia Harus Tetap Memimpin, Bukan Dikendalikan Teknologi

Meutya menekankan pentingnya menempatkan manusia sebagai pemimpin dalam pemanfaatan teknologi.

Menurutnya, untuk bisa terus memimpin di era digital, generasi muda harus aktif meningkatkan kapasitas dan terus belajar.

"Karena teknologinya pintar, maka kita juga harus lebih pintar. Kita harus terus meningkatkan kapasitas diri. Tidak berhenti belajar, beradaptasi, dan berinovasi," ujarnya.

Transformasi digital saat ini dinilai membuka peluang besar, terutama bagi generasi muda yang memiliki kesiapan untuk terlibat secara aktif dalam membangun ekosistem digital Indonesia.

Potensi Ekonomi Digital Capai Rp6.000 Triliun, Anak Muda Harus Terlibat

Nilai ekonomi digital Indonesia saat ini telah mencapai lebih dari 90 miliar dolar AS atau sekitar Rp1.500 triliun.

Angka ini diperkirakan akan melonjak menjadi 360 miliar dolar AS atau sekitar Rp6.002 triliun pada tahun 2030.

Meutya menekankan bahwa potensi sebesar itu hanya bisa tercapai jika anak muda mengambil peran dalam proses pembangunan digital nasional.

"Potensi sebesar itu hanya bisa terwujud kalau anak muda terlibat aktif. Kalau kalian ikut membangun, maka masa depan kalian juga ikut naik," ungkapnya.

Ia juga mengutip laporan World Economic Forum yang memperkirakan akan ada 170 juta pekerjaan baru tercipta di tahun 2030, meskipun di saat yang sama sebanyak 92 juta pekerjaan lama akan tergantikan oleh otomatisasi.

Meutya berharap lulusan perguruan tinggi mampu memanfaatkan peluang dari pergeseran ini.

"Akan ada pekerjaan yang hilang, iya. Tapi ada lebih banyak pekerjaan baru yang tercipta. Jangan takut pada AI. Kita harus adaptif dan mampu membaca peluang," tutupnya.

Penulis :
Aditya Yohan