
Pantau - Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria menyoroti adanya bias budaya pada platform kecerdasan buatan yang banyak digunakan masyarakat Indonesia karena sebagian besar dikembangkan oleh ahli di luar negeri.
Nezar Patria menilai platform kecerdasan buatan berbasis model bahasa besar yang digunakan di Indonesia umumnya dilatih dengan data dari negara asal pembuatnya.
Kondisi tersebut menyebabkan keluaran kecerdasan buatan kerap tidak sesuai dengan konteks sosial dan budaya Indonesia.
Pernyataan tersebut disampaikan Nezar Patria dalam keterangan pers kementerian di Jakarta pada Senin, 15 Desember 2025.
Nezar Patria mengatakan, "AI memiliki preferensi, nilai-nilai budaya, yang dibawa dari lingkungannya, sehingga model bahasa besar yang dibentuk adalah refleksi dari pengetahuan yang relevan dengan budayanya, ketika mereka dipakai di tempat lain, ya tidak nyambung, banyak biasnya,".
Dorong Kedaulatan AI Berbasis Nilai Bangsa
Nezar Patria menekankan pentingnya para ahli di Indonesia mengembangkan platform kecerdasan buatan yang berlandaskan nilai dan budaya bangsa.
Ia menilai pengembangan tersebut menjadi langkah strategis untuk mewujudkan kedaulatan teknologi di bidang kecerdasan buatan.
Nezar Patria menyampaikan gagasannya dengan menyatakan, "Untuk mencapai kedaulatan AI dibutuhkan landasan nilai, norma dasar, contohnya kita punya Pancasila, saya kira ini menarik sekali untuk dikembangkan lebih lanjut,".
Ia berharap akademisi dan peneliti di dalam negeri mampu mengembangkan riset kecerdasan buatan yang memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
Riset tersebut diharapkan dapat mendukung tata kelola kecerdasan buatan serta transformasi digital yang berkeadilan.
Model Bahasa Besar dan Kecil
Nezar Patria menyampaikan bahwa pelaku industri kecerdasan buatan saat ini berlomba-lomba menciptakan platform paling canggih yang mampu menjalankan berbagai perintah pengguna.
Dalam acara Kagama UGM Policy Dialogue 2025 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada Sabtu, 13 Desember 2025, ia menjelaskan perkembangan pesat model bahasa besar.
Model bahasa besar telah melahirkan berbagai platform yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan, membuat karya audio visual, hingga menyelesaikan beragam permasalahan.
Selain itu, Nezar Patria menilai pengembangan model bahasa kecil juga penting untuk dilakukan.
Ia menjelaskan perbedaannya dengan menyatakan, "Model bahasa kecil berbeda dengan model bahasa besar, karena model bahasa kecil dilatih dengan data-data spesifik dan lebih akurat dalam menjawab pertanyaan di bidang tersebut,".
Ia mencontohkan model bahasa kecil dapat dilatih menggunakan data kebijakan publik untuk membantu masyarakat memperoleh jawaban tanpa perintah yang rumit.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf
- Editor :
- Tria Dianti





