Pantau - Induk perusahaan Google, Alphabet, resmi mengakuisisi startup keamanan siber asal Israel, Wiz, dengan nilai fantastis sebesar USD 32 miliar atau sekitar Rp 529 triliun. Akuisisi ini menjadi yang terbesar dalam sejarah Alphabet dan diperkirakan akan rampung pada 2026.
Dengan nilai transaksi ini, Alphabet melampaui akuisisi terbesar mereka sebelumnya, yakni Motorola Mobility pada 2012 yang hanya bernilai USD 12,5 miliar. Bahkan, biaya pembatalan akuisisi ini pun mencapai USD 3,2 miliar, salah satu yang terbesar sepanjang sejarah korporasi.
Strategi Alphabet dalam Keamanan Cloud
Alphabet telah lama mengincar Wiz sebagai bagian dari strateginya memperkuat layanan keamanan siber di Google Cloud. Sebelumnya, mereka sempat menawar Wiz senilai USD 23 miliar pada 2024, namun tertunda akibat investigasi antimonopoli.
Baca Juga:
Waduh! Google Bayar Lebih dari 500 Triliun untuk Teknologi Israel
Langkah ini dipandang sebagai strategi untuk bersaing lebih ketat dengan Microsoft Azure dan Amazon Web Services (AWS) dalam layanan cloud computing.
"Agar Google dapat bersaing dengan Microsoft Azure untuk pasar enterprise, mereka harus memperluas jajaran software mereka, termasuk keamanan siber," kata analis Gil Luria dari D.A Davidson.
Wiz nantinya akan menjadi bagian dari unit Google Cloud, memperkuat portofolio keamanan siber Google yang semakin dibutuhkan di era digital saat ini.
Persetujuan Akuisisi di Tengah Pengawasan Regulasi
Akuisisi ini juga menarik perhatian karena dilakukan di tengah pengawasan ketat terhadap perusahaan teknologi besar. Pemerintahan Presiden Donald Trump sebelumnya menegaskan akan mengawasi akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan Big Tech.
Namun, Alphabet tampaknya optimistis bahwa nilai akuisisi yang besar ini akan mendapatkan persetujuan regulator.
Sebagai informasi, valuasi Wiz saat mendapat pendanaan privat pada Mei 2024 hanya USD 12 miliar, dengan pemasukan tahunan lebih dari USD 500 juta. Akuisisi ini menunjukkan bagaimana perusahaan teknologi semakin agresif dalam memperkuat dominasi mereka di industri cloud dan keamanan siber.
- Penulis :
- Ahmad Ryansyah
