Harga Telur Ayam Naik, Komisi IV DPR: Perhatikan Faktor Produksi dan Distribusi!

Headline
Telur Ayam - pantau.comHarga telur ayam semakin melambung menembus Rp30.000 per kilogram.

Pantau – Anggota Komisi IV DPR RI, Daniel Johan meminta penjelasan Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan pasca melonjaknya harga telur ayam dalam dua minggu terakhir.

Menurutnya, seharusnya kenaikan harga tersebut dapat diantisipasi dengan persiapan strategi dari hulu hingga ke hilir.

“Terkait hal itu, seharusnya ada antisipasi dari pemerintah agar harga telur dan daging ayam tidak meroket tinggi,” ujar Daniel.

Daniel menyebut, ada dua faktor utama penyebab harga telur dan daging ayam naik drastis dalam dua pekan terakhir, yakni faktor produksi dan distribusi.

Baca Juga: Harga Telur dan Daging Ayam Meroket, Puan Desak Pemerintah Turun Tangan

“Faktor produksi menjadi penyebab kenaikan harga di hulu. Para peternak kerap kesulitan mendapatkan pakan yang layak untuk hewan ternaknya,” tandas Daniel.

Selain itu, Daniel menyatakan, faktor kedua yang membuat harga telur dan daging ayam terus meroket adalah persoalan distribusi.

“Saat ini, penyebab persoalan di hilir yakni kurangnya perhatian pemerintah daerah yang memiliki kewajiban menanggung biaya transportasi pendistribusian dari peternak ke pasar-pasar,” lanjutnya.

Daniel berpendapat, pemerintah perlu mengembangkan kebijakan antisipasi yang mendukung peternakan ayam dan telur secara berkelanjutan.

Baca Juga: Komisi VI DPR Tampik Klaim Pemerintah Perihal Lonjakan Harga Telur Akibat Masalah Distribusi

“Ini termasuk memberikan insentif dan bantuan kepada peternak dalam hal pengadaan pakan berkualitas, teknologi yang efisien, dan manajemen yang baik. Sehingga inflasi bisa ditekan,” tandasnya.

Berdasarkan data dari Ikatan Pedagang Pasar Indonesia, di Jabodetabek harga telur berada dikisaran Rp31.000 hingga Rp34.000 per kilogram.

Sementara, di luar Pulau Jawa dan wilayah timur, harga telur telah mencapai Rp38.000 per kilogram bahkan bisa lebih dari Rp40.000 per kilogram.

Tim Pantau
Reporter
Aditya Andreas
Penulis
Aditya Andreas