
Pantau.com - Pemilihan Presiden AS mempertemukan Donald Trump sebagai petahana, dengan penantangnya Joe Biden. Pesta demokrasi itu akan digelar pada 3 November 2020 mendatang, guna menentukan siapa penguni Gedung Puting 4 tahun ke depan.
Menariknya, kedua ujung tombak tersebut tergolong 'gaek'. Trump yang saat ini berusia 74 tahun (14 Juni 1946), adalah presiden AS ke-45. Pentolan Partai Republik itu akan kembali mencoba peruntungannya bersama sang calon wakil Mike Pence, setelah 4 tahun lalu berhasil mengalahkan Hilarry Clinton.
"Dua orang tua berdebat. Trump (74 th). Biden (77 th)," tulis Fahri Hamzah di akun Twitter-nya, @Fahrihamzah.
Baca juga: Debat Perdana Capres AS, Joe Biden ke Trump: Anda Presiden Terburuk Amerika
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyapa pendukungnya saat kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat di Greenville, North Carolina, Rabu (17/7/2019). (Foto: Reuters/Kevin Lamarque via Antara)
Trump menjadi orang tertua yang terpilih menjadi presiden untuk pertama kalinya, melampaui Ronald Regan yang memenangi pemilu tahun 1980 pada usia 69 tahun. Trump akan menjadi presiden kelima yang lahir di negara bagian New York setelah Martin Van Buren, Millard Fillmore, Theodore Roosevelt, dan Franklin D. Roosevelt; dan presiden kedua yang lahir di New York City setelah Theodore Roosevelt. Trump juga akan menjadi presiden keempat yang negara bagian tempat tinggalnya memilih calon lain setelah James K. Polk tahun 1844, Woodrow Wilson tahun 1916, dan Richard Nixon tahun 1968.
Sementara Joe Biden, adalah pria kelahiran 77 tahun silam. Tepatnya, 20 November 1942. Ia dikenal sebagai wakil presiden Barack Obama pada Pilpres 2008. Jauh sebelum menjadi wakil presiden, Biden adalah senator dari Delware selama 6 kali, yang dimulai pada 1972. saat itu, Biden adalah senator termuda ke-5 AS dalam sejarah.
Sebelumnya, Biden pernah mencalonkan diri dalam pemilihan presiden 1988 dan 2008 namun mengundurkan diri. Untuk kali ini, ia memilih Senator Kamala Harris sebagai pasangannya dalam Pilpres AS 2020.
Baca juga: Infografis Profil Joe Biden-Kamala Harris, Penantang Trump di Pilpres AS
Panggung untuk acara debat kepresidenan pertama antara Donald Trump dan Joe Biden di kampus Cleveland Clinic di Cleveland, Ohio, Amerika Serikat, Senin (28/9/2020). (Foto: Reuters/Jonathan Ernst via Antara)
Keduanya sudah melewati debat perdana Capres. Hasilnya?
Kacau.
Begitu kira-kira tanggapan seluruh hasil survei publik dan juga para wartawan. Ya, bisa dibilang kakek-kakek itu pantas dihadiahi angka 5 dengan warna merah menyala di poin penilaian.
Kedua kandidat terlihat berkali-kali lepas kontrol dalam debat yang berlangsung di Cleveland, Ohio, Selasa 29 September 2020. ”Ini akan menjadi debat terburuk sepanjang sejarah,” ujar pakar debat presiden dari University of Michigan, Aaron Kall.
Dipandu Chris Wallace, pembawa berita Fox News, debat yang berlangsung selama 90 menit, lebih disuguhi intrik dan drama tidak penting ketimbang gagasan. Hinaan, interupsi seakan bumbu debat mencari orang nomor satu di Negeri Paman Sam itu.
Biden sering kesal karena adanya interupsi berulang kali di segmen pertama perdebatan tentang Mahkamah Agung. "Maukah Anda tutup mulut, Bung?" kata Biden. "Anda adalah presiden terburuk yang pernah dimiliki Amerika," ujar Biden yang menyebut Trump badut dan rasis."
Trump yang terkenal dengan kalimat-kalimat kontroversialnya tentu tidak akan tinggal diam dengan sindiran dari Biden. "Anda lulus dengan nilai terendah atau hampir terendah di kelasmu? Jangan pernah menggunakan kata pintar dengan saya. Jangan pernah menggunakan kata itu," ujar Trump.
"Kami telah melakukan pekerjaan dengan baik. Tetapi saya katakan pada Anda, Joe, Anda tidak akan pernah bisa melakukan pekerjaan yang kami lakukan. Anda tidak memilikinya dalam darahmu," kata Trump.
Selanjutnya, interupsi yang membuat jalannya debat tidak komprehensif bakal dievaluasi. Komisi Debat Presiden mengatakan, sedang mempertimbangkan tombol mute untuk menghentikan kandidat saling menginterupsi dalam debat berikutnya. "Debat memperjelas bahwa struktur tambahan harus ditambahkan ke format debat yang akan berlangsung guna memastikan diskusi yang lebih teratur tentang isu-isu terkait," bunyi pernyataan tersebut.
"Dengan hati-hati mempertimbangkan perubahan yang akan diadopsi dan akan mengumumkan langkah-langkah tersebut segera."
Dalam wawancara pertamanya setelah debat, moderator Chris Wallace mengatakan kepada New York Times, ini adalah sebuah debat yang mengerikan. Ia menegaskan, kedua calon sudah melenceng terlalu jauh.
Baca juga: Gedung Putih Pastikan Pilpres AS Tetap Digelar 3 November 2020
Joe Biden. (Foto: Reuters)
Lantas siapa yang unggul di debat perdana?
Banyak yang lebih memilih Joe Biden, ketimbang Donald Trump. Dilansir dari laman CNN International, berdasarkan polling CNN dari pengamat debat yang dilakukan oleh SSRS, 56 persen mengatakan Biden lebih unggul, sementara 43 persen lainnya Trump menjalankan tugasnya dengan baik.
Kemudian, mayoritas pengamat debat (57 persen) mengatakan bahwa debat pertama ini tidak memengaruhi pilihan mereka untuk memilih siapa pilihannya. Mereka menjadi lebih cenderung memilih Biden (32 persen) daripada Trump (11 persen).
Jajak pendapat dilakukan melalui telepon dan mencakup wawancara terhadap 568 pemilih terdaftar. Hasil pengambilan dengan margin eror plus atau minus 6,3 persen.
Hasil pasca debat perdana hampir sama dengan hasil polling 2016 silam. Dalam jajak pendapat itu, 62 persen berpendapat Clinton memenangkan debat, 27 persen mengatakan Trump menang.
- Penulis :
- Widji Ananta