
Pantau.com - Rumah sakit di kota Wuhan berada dalam kekacauan karena besarnya pergerakan pasien yang masuk akibat virus korona. Pergerakan ini datang usai sejumlah kota ditutup untuk menghentikan penyebaran virus korona baru yang mematikan.
Setidaknya sepuluh kota di provinsi Hubei tengah telah ditutup dalam upaya untuk menghentikan penyebaran virus, di mana wabah ini telah menyebabkan korban jiwa meningkat hingga 26 orang dan menjangkit lebih dari 800 orang.
Dilansir The Guardian, Jumat (24/1/2020), di kota Wuhan --rumah bagi epidemi tersebut-- perlombaan membangun rumah sakit baru dengan 1.000 tempat tidur dimulai hanya enam hari. Penggali dan buldoser mulai bekerja di lokasi kompleks liburan yang dulunya ditunjukkan untuk pekerja lokal, demikian menurut pernyataan media China.
Rumah sakit yang bakal dibuka minggu depan ini mirip dengan yang didirikan Beijing pada tahun 2003, ketika kota itu menghadapi wabah SARS yang menewaskan hampir 800 orang dan menyebar hingga ke 30 negara di dunia.
Baca juga: WHO Puji Langkah China Dalam Mencegah Penyebaran Virus Korona
Menurut Harian Changjuang, selama krisis tersebut, 7.000 pekerja di Beijing membangun rumah sakit Xiaotangshan di pinggiran utara hanya dalam kurun waktu seminggu. Dalam waktu dua bulam, rumah sakit ini telah menerima seperlima dari semua pasien SARS di negara itu.
"Itu menciptakan keajaiban dalam sejarah ilmu kedokteran," tulis harian tersebut. Dikatakan bahwa rumah sakit baru di Wuhan akan menyelesaikan kekurangan sumber daya medis yang ada.
Orang-orang yang mencari perawatan medis di Wuhan pada pekan ini mengatakan kepada Guardian bahwa mereka telah diusir dari rumah sakit, yang telah dibanjiri oleh pasien. Fasilitas rumah sakit dikabarkan kehabisan tempat tidur dan peralatan diagnostik untuk pasien dengan gejala seperti demam.
Dalam sebuah unggahan video di Weibo, menunjukkan kacaunya rumah sakit di Wuhan. Satu video tampakknya diambil di Rumah Sakit Rakyat Hankou, menunjukkan antrian panjang pasien yang mengenakan masker. Salah satu pria dalam video itu mengklaim bahwa hanya ada empat dokter yang bertugas dan mereka telah menunggu berjam-jam untuk mendapatkan perawatan.
Dalam unggahan video lainnya, seorang wanita yang juga mengenakan masker pada wajahnya berteriak minta tolong, dengan mengatakan "Saya mengalami demam". Dalam video lainnya, rak-rak makanan di sejumlah toko di Wuhan kosong. Mereka habis dibeli untuk persediaan makanan.
Serangkaian tindakan tambahan diumumkan pada hari ini untuk mencegah penyebaran virus, termasuk panggilan dari The People's Daily --surat kabar utama partai Komunis China-- bagi orang-orang yang baru-baru ini ke Wuhan untuk mengisolasi diri mereka di rumah, bahkan jika mereka tidak memiliki gejala.
Baca juga: WHO: Virus Korona dari China Tidak Ditetapkan sebagai Keadaan Darurat
Kota-kota Wuhan, Ezhou, Huanggang, Chibi, Qianjiang, Zhijiang, Jingmen, dan Xiantao semuanya telah ditutup akses keluar maupun masuk. Di kota Zhijiang, semua tempat umum telah ditutup kecuali rumah sakit, supermarket, pasar petani, pom bensin, dan toko obat.
Para pejabat khawatir liburan tahun baru Imlek selama seminggu yang dimulai pada hari Sabtu dan biasanya melihat ratusan juta orang Cina merambah negara itu, akan memperburuk wabah yang telah mencapai hampir semua provinsi China.
Beijing News yang dikelola pemerintah mengatakan ibukota telah membatalkan acara termasuk dua pameran tahun baru Imlek yang terkenal. Kota Terlarang, kompleks istana di Beijing yang sekarang menjadi museum, mengumumkan akan ditutup tanpa batas.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkan wabah ini sebagai keadaan darurat di China, tetapi berhenti menyatakannya sebagai darurat kesehatan masyarakat internasional yang telah menyita publik dunia.
rn- Penulis :
- Kontributor NPW