billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Washington Post Rilis Pengakuan Pejabat Pentagon Tentang Perang Afghanistan

Oleh Kontributor NPW
SHARE   :

Washington Post Rilis Pengakuan Pejabat Pentagon Tentang Perang Afghanistan

Pantau.com - Laporan terbaru yang dipublikasi oleh harian The Washington Post menyebutkan bahwa para pejabat di Pentagon secara pribadi mengatakan keprihatinan mereka tentang strategi perang Amerika Serikat (AS) di Afghanistan.

Dilansir Reuters, Selasa (10/12/2019), laporan dengan 2.000 halaman yang diperoleh dari Inspektur Jenderal Khusus untuk Rekonstruksi ini dirilis pada Senin kemarin. Dokumen tentang perang ini juga berisi wawancara dari 600 orang, termasuk komentar dari komandan militer dan diplomat.

Laporan ini dipublikasi oleh The Post, karena surat kabar ini memenangkan hak untuk menerbitkannya setelah pertempuran hukum selama tiga tahun. 

Pengungkapan itu terjadi ketika Presiden AS Donald Trump dan Pentagon berupaya menarik jumlah pasukan di Afghanistan untuk fokus memerangi Al Qaeda dan Negara Islam atau ISIS, karena pemerintah berharap akan ada perjanjian damai dengan Taliban.

Baca juga: PBB: Sejak Awal 2019, Hampir 4.000 Orang Tewas Akibat Perang di Aghanistan

Amerika Serikat mengirim pasukannya ke Afghanistan pada tahun 2001. AS menggulingkan para pemimpin Taliban setelah mereka menolak untuk menyerahkan anggota kelompok militan Al Qaeda, pelaku serangan 11 September di World Trade Center dan Pentagon. Sekitar 2.400 anggota AS telah terbunuh dalam konflik di Afghanistan.

"Kami tidak memiliki pemahaman mendasar tentang Afganistan. Kami tidak tahu apa yang kami lakukan," ujar Douglas Lute, seorang jenderal bintang tiga yang diberi peran sentral dalam konflik di Irak dan Afghanistan oleh Presiden AS George W. Bush, saat diwawancara pada tahun 2015, menurut The Post.

"Jika rakyat Amerika mengetahui besarnya difungsi ini. Apa yang kita coba lakukan di sini? Kami tidak memiliki gagasan tentang apa yang kami lakukan."

Namun, para pemimpin militer AS secara berkala membicarakan keprihatinan mereka tentang perang, khususnya ketika mereka mencari peningkatan pasukan atau kemampuan uang dibutuhkan untuk memerangi Taliban.

Pada 2010, Mayor Jenderal Michael Flynn sekaligus Wakil Kepala Staf Intelijen di Afghanistan untuk militer AS dan sekutu NATO, mengkritik tajam pekerjaan agen mata-mata AS di Afghanistan, menyebut mereka bodoh dan tidak berhubungan dengan orang-orang Afghanistan. Flynn kemudian menjabat sebagai penasihat keamanan nasional Trump.

John Sopko, kepala agen federal yang melakukan wawancara, mengakui kepada The Post bahwa dokumen menunjukkan "orang-orang Amerika terus-menerus dibohongi."

Baca juga: Donald Trump Ungkap Keinginan Bebas untuk AS, Maksudnya?

Dikutip dari Al Jazeera, Badan Pembangunan Internasional AS, Pentagon, dan Departemen Luar Negeri telah menghabiskan atau mengalokasikan antara USD934 miliar dan USD978 miliar untuk perang dan upaya membangun kembali, menurut penilaian dari Neta Crawford, seorang profesor ilmu politik dan co-direktur Biaya Proyek Perang di Brown University, dikutip oleh Post.

Jumlah itu tidak termasuk pengeluaran dari CIA, Departemen Urusan Veteran, atau lembaga terkait lainnya.

"Apa yang kita dapatkan untuk upaya satu triliun dolar ini? Apakah nilainya satu triliun dolar?" kata Jeffery Eggers, mantan Navy Seal yang menjadi seorang staf Gedung Putih periode Bush dan Obama.

Komandan militer sepanjang perang secara terbuka berbicara tentang harapan mereka, bahwa konflik di Afghanistan telah berubah, bahkan ketika Taliban berpegang pada sebagian besar negara dan membunuh pasukan AS dan Afghanistan tanpa memiliki kemampuan tempur udara.

Penulis :
Kontributor NPW