HOME  ⁄  Nasional

COVID-19 di DKI Meningkat, Faldo Maldini Sentil Anies Jangan Pikirkan Elektabilitas Terus

Oleh Noor Pratiwi
SHARE   :

COVID-19 di DKI Meningkat, Faldo Maldini Sentil Anies Jangan Pikirkan Elektabilitas Terus

Pantau.com - Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Faldo Maldini mengkritisi upaya kebijakan Gubernur Anies Baswedan terhadap pencegahan penularan COVID-19 di DKI Jakarta.

Seperti diketahui, berdasarkan data Dinkes DKI Jakarta selama dua minggu ini, kenaikan kasus konstan dan cenderung mengalami lonjakan hingga per 14 Juni 2021 kasus aktif di Jakarta mencapai angka 19.096 atau naik 9.000-an kasus. Bahkan, beberapa hari ini pertambahan kasusnya mencapai 2.000, 2.300, 2.400, dan 2.700 dengan kenaikan positivity rate yang juga signifikan di angka 17,9 persen.

Faldo Maldini menyoroti sikap Anies Baswedan yang menggelar apel siaga COVID-19 saat malam hari dengan semua satgas gabungan karena lebih dari 60 persen kenaikan penularan COVID-19 terjadi di Ibu kota yang terjadi akibat libur lebaran.

"Menurut saya, justru ini bukan efek libur lebaran namun lebih tepatnya ini karena manajemen keramaian yang sangat buruk di DKI Jakarta," kata Faldo Maldini dalam akun channel YouTube CokroTV dengan judul Sirkus Politik Anies Baswedan, dikutip Selasa (15/6/2021).

Baca juga: COVID-19 Masih Tinggi, Ruang Isolasi Pasien di Ragunan Hanya Tersisa 5 Kamar!

Faldo kemudian mencontohkan membludaknya pengunjung di wisata Ancol saat libur lebaran. Menurutnya, kasus ini merupakan contoh nyata bahwa pemerintah DKI Jakarta tidak memiliki SOP yang sangat jelas dan memiliki ketegasan. "Ancol dibuka, ditutup, tanpa alasan yang jelas, tidak memiliki perencanaan apalagi SOP yang terukur. Di Ancol masalah beli karcis online dan offline saja itu masih belum clear tuh mekanismenya," kata Faldo. 

Menurutnya, jika pelaksanaan aturannya jelas tidak akan membuat kesulitan untuk pegawai Ancol, para pengunjung hingga para pedagang yang berjualan di sekitar tempat wisata tersebut. Faldo menegaskan bawah DKI harus tegas dalam menerapkan aturan dalam membuka tempat wisata. Tak hanya tempat wisata, ia juga menyoroti kasus membludaknya para pengunjung di Pasar Tanah Abang menjelas Hari Raya Lebaran. Pemprov DKI sebelumnya mengatakan tidak memprediksi ada lonjakan pengunjung yang masih di pasar tersebut.

"Kayanya dari masa awal kemerdekaan, pasar Tanah Abang itu sudah ramai, ramai banget kalau mau lebaran. Kok malah tidak diprediksi di era yang sudah canggih banget seperti sekarang."

Baca juga: DKI Perpanjang PPKM Mikro, Anies Sebut Jakarta di Ambang Fase Genting Corona

Faldo juga mengomentari sikap Anies yang justru menyarankan warga Jakarta belanja ke pasar lain selain ke Pasar Tanah Abang. "Kalau kita bicara kota kelas dunia, yang mana katanya Pak Gub sering bicara di forum-forum kelas dunia, buat urusan begini orang sudah pakai teknologi semua. Kerumunan dan pelanggaran sudah bisa dicek pakai satelit dan CCTV. Jadi standarnya lebih objektif. Titik keramaian harusnya dipantau, sudah bisa dipantau dengan kamera semua. Masak DKI Jakarta yang punya Rp80 triliun tidak bisa beli CCTV. Kandang ayam saja sudah pakai CCTV."

Faldo menuturkan pandemi COVID-19 telah menunjukkan rakyatnya bagaimana para pemimpin bekerja untuk mengatasi pandemi korona ini. "COVID-19 telah memberikan hikmat bagi kita semua yakni sebuah wajah asli kepemimpinan yang dipertunjukkan. Yang selama ini sudah bekerja keras, maka akan tampak kuat ketika COVID-19 ini terjadi. Dan yang belum mengerjakan apa-apa, ya pasti akan banyak sekali akrobat, termasuk bikin apel malam-malam."

Lebih lanjut, ia juga menyampaikan bahwa Bed Occupancy Ratio (BOR) di Jakarta sudah lewat dari 50 persen. Namun, ia mengaku heran dengan sikap Gubernur Anies yang baru mulai bicara soal pengetatan. "Harusnya dari awal memang sudah ketat. Namanya kita hidup dengan protokol kesehatan. Kalau angkanya naik berarti protokolnya tidak berjalan. Ada yang salah dengan pelaksanaan dan pengawasannya." "Jadi, please Pak Gub. Jangan pikirin elektabilitas terus ya," tutur Faldo Maldini. 


Penulis :
Noor Pratiwi