
Pantau - Pelawak legendaris Indonesia, Indrodjojo Kusumonegoro alias Indro Warkop mengaku tidak tertarik untuk masuk dunia politik.
Indro menyatakan, tidak ingin mengikuti jejak para pelawak lainnya yang kini terjun menjadi politisi, seperti Eko Patrio atau Dedy Gumelar alias Miing Bagito.
"Saya dari dulu itu menjunjung tinggi yang namanya kejujuran. Anda tahu sendiri sekarang politisi itu seperti apa saat ini?" ujar Indro kepada Pantau.com, dikutip Sabtu (22/4/2023).
"Di sana juga mereka toh tetap jadi pelawak, hahaha...," sambungnya.
Indro menyampaikan, dirinya tetap bersyukur dengan langkah hidup yang diambilnya untuk membentuk Warkop menjadi sebuah grup lawak yang menjadi sebuah legenda.
Ia menilai, rasa syukur ini yang membuat nama besar Warkop tetap abadi hingga saat ini. Meski saat ini, hanya ia satu-satunya personil Warkop yang tersisa.
"Mas Dono itu aslinya pengen jadi dosen, begitu juga Mas Kasino. Tapi kami ditakdirkan untuk memiliki Warkop hingga sebesar ini, itu karena rasa syukur kami," ucapnya.
Meski begitu, Indro mengakui, jika dalam perjalanan karir Warkop tidak lepas dari sejumlah cobaan. Bahkan, ia menyatakan, Dono dan Kasino sempat tidak bertegur sapa karena berselisih paham.
"Rasa tidak suka kepada seseorang itu wajar, manusiawi kok. Tapi ketika karena itu Warkop jadi bubar, maka kita tidak bisa mewujudkan rasa syukur itu," pungkasnya.
Sebagai informasi, grup lawak Warkop tercipta dari sebuah acara di Radio Prambors bertajuk Obrolan di Warung Kopi pada era 1970-an.
Grup ini diawali dari Kasino Hadiwibowo dan Nanu Mulyono yang memang kerap tampil dalam acara Mapala UI. Kemudian, Kasino mengajak Wahyu Sardono (Dono) serta Rudy Badil untuk mengisi acara tersebut.
Indro baru bergabung kemudian setelah kerap hadir menjadi penonton di acara tersebut. Kebetulan, rumahnya kala itu berada di dekat studio Prambors yang berada di wilayah Menteng pinggiran.
Indro menyatakan, tidak ingin mengikuti jejak para pelawak lainnya yang kini terjun menjadi politisi, seperti Eko Patrio atau Dedy Gumelar alias Miing Bagito.
"Saya dari dulu itu menjunjung tinggi yang namanya kejujuran. Anda tahu sendiri sekarang politisi itu seperti apa saat ini?" ujar Indro kepada Pantau.com, dikutip Sabtu (22/4/2023).
"Di sana juga mereka toh tetap jadi pelawak, hahaha...," sambungnya.
Indro menyampaikan, dirinya tetap bersyukur dengan langkah hidup yang diambilnya untuk membentuk Warkop menjadi sebuah grup lawak yang menjadi sebuah legenda.
Ia menilai, rasa syukur ini yang membuat nama besar Warkop tetap abadi hingga saat ini. Meski saat ini, hanya ia satu-satunya personil Warkop yang tersisa.
"Mas Dono itu aslinya pengen jadi dosen, begitu juga Mas Kasino. Tapi kami ditakdirkan untuk memiliki Warkop hingga sebesar ini, itu karena rasa syukur kami," ucapnya.
Meski begitu, Indro mengakui, jika dalam perjalanan karir Warkop tidak lepas dari sejumlah cobaan. Bahkan, ia menyatakan, Dono dan Kasino sempat tidak bertegur sapa karena berselisih paham.
"Rasa tidak suka kepada seseorang itu wajar, manusiawi kok. Tapi ketika karena itu Warkop jadi bubar, maka kita tidak bisa mewujudkan rasa syukur itu," pungkasnya.
Sebagai informasi, grup lawak Warkop tercipta dari sebuah acara di Radio Prambors bertajuk Obrolan di Warung Kopi pada era 1970-an.
Grup ini diawali dari Kasino Hadiwibowo dan Nanu Mulyono yang memang kerap tampil dalam acara Mapala UI. Kemudian, Kasino mengajak Wahyu Sardono (Dono) serta Rudy Badil untuk mengisi acara tersebut.
Indro baru bergabung kemudian setelah kerap hadir menjadi penonton di acara tersebut. Kebetulan, rumahnya kala itu berada di dekat studio Prambors yang berada di wilayah Menteng pinggiran.
- Penulis :
- Aditya Andreas