HOME  ⁄  Nasional

Beda Data Angka Kemiskinan antara Kubu Prabowo-Sandi dan BPS, Kok Bisa?

Oleh Adryan N
SHARE   :

Beda Data Angka Kemiskinan antara Kubu Prabowo-Sandi dan BPS, Kok Bisa?

Pantau.com - Direktur Materi dan Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga Uno, Sudirman Said mengatakan data kemiskinan yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) sangat dangkal. Menurut Sudirman, saat ini ukuran yang digunakan adalah penghasilan Rp 13 ribu perhari.

"Kemiskinan dan kesenjangan masih problem besar di kita. Betul hanya 25 jutaan orang yang miskin, tapi itu ukuran sangat basic. (Penghasilan) Rp 13ribu/hari orang dianggap ada stratanya, hampir miskin, rentan miskin, tapi sebetulnya kalau dinaikkan setengah kali lipat belum sampai standar World Bank," ujar Sudirman dalam diskusi yang digelar di Gedung Pakarti, Jakarta Pusat, Kamis (18/10/2018).

Baca juga: Pantau Penanganan Pascagempa, Presiden Jokowi Kembali Kunjungi Lombok

Ia menambahkan, sebetulnya jumlah angka kemiskinan telah mencapai 97 juta jiwa. Sehingga jika terjadi krisis maka akan sangat berpengaruh pada sebagian besar masyarakat.

"Itu jumlah yang miskin itu sebetulnya mencapai 97 juta, sesuatu yang sangat rentan, jika terjadi hantaman krisis itu betul-betul membuat sebagian besar masyarakat kita mengalami kesulitan," katanya. 

Selain itu ia juga menilai angka pengangguran terbuka berdasarkan data BPS hanya 5 juta jiwa. Namun kata dia, ada 40 juta orang masuk dalam kategori tertentu.

"Dari segi ketenagakerjaan, betul pengangguran terbuka hanya sekitar 5 juta. Tetapi lebih dari 40 juta orang-orang masuk dalam kategori, setengah menganggur, tiga perempat menganggur, bahkan empat perlima menganggur," paparnya.

Baca juga: Rumah DP 0 Rupiah Tidak Pro Rakyat Miskin, Anies Baswedan Angkat Bicara

"Karena menurut BPS barang siapa bekerja lebih dari 2 jam per minggu dan dia mendapatkan upah maka dia masuk dalam kelompok punya pekerjaan, padahal kalau dibayangkan orang bekerja 2 jam/seminggu itu dapat apa?" imbuhnya.

Ia menambahkan, dari angka BPS mengatakan 58 persen pekerja itu masuk pekerja informal, seperti pengemudi ojek, warung-warung kecil hal itu menurutnya, menunjukkan bahwa basis ekonomi masih rentan terhadap kemiskinan.

"Dari situ dikaitkan dengan kemiskinan, sebetulnya kita punya basis yang rentan dan kembali itu tugas kita bersama," pungkasnya.

Penulis :
Adryan N

Terpopuler