
Pantau.com - Pepatah tuntutlah ilmu sampai ke Negeri China mungkin jelas benarnya. Bagaimana tidak, negara dengan ekonomi terbesar kedua ini jelas bisa bersaing dengan Amerika Serikat.
Tapi, bukan cuma hal tersebut yang membuat China terlihat kuat dimata para negara-negara tetangga. China juga begitu memiliki konsep yang matang, khususnya untuk masalah bisnis.
Catat ya! bukan hanya masalah membuat teknologi, rupanya China juga mencetak influencer media sosial. Bak sebuah agensi artis, pabrik ini benar-benar dikelola dengan begitu apik sehingga menjadikan nilai ekonomi yang tinggi bagi industri e-Commerce China.
Cara apa yang dilakukan China?
Dikutip BBC, tahun lalu, Zhang "BB" Xi hanyalah seorang gadis umur dua puluhan dengan impian besar. Gadis 23 tahun dari kota Chongqing itu punya sekitar 300.000 penggemar di berbagai platform media sosialnya, yang mengikuti tutorial kecantikan dan vlog-nya.
Itu jumlah yang besar, mengingat bahwa dia masih muda. Tapi jumlah itu pun belum bisa membuatnya masuk jadi salah satu pemain penting di industri influencer. Tapi radar tim pencari bakat Ruhnn Holding, salah satu perusahaan manajemen influencer terbesar di China mencium bau kesuksesan di diri Zhang "BB".
Mac Zhou, wakil presiden Ruhnn mengatakan, setiap bulan, perusahaan itu mungkin menilai lebih dari 800 orang. Tahun lalu, satu di antaranya adalah BB.
Calon kandidat kemudian menjalani serangkaian tes. Mereka akan diberi tumpukan berisi 100 gambar dan diminta untuk memilih produk apa yang menurut mereka akan menjadi produk terlaris di setiap foto - upaya untuk mengidentifikasi bakat pemasaran mereka.
Baca juga: Bukan Malaysia, Pemerintah RI Tiru Brazil untuk Pemindahan Ibu Kota Negara
Ini penting mengingat influencer China sering punya bisnis e-Commerce sendiri untuk menjual produk kepada penggemar. Ruhnn, yang meluncurkan penawaran umum perdana senilai USD125 juta pada bulan April, juga menginvestasikan sejumlah kecil uang untuk melihat apakah khalayak yang lebih luas tertarik. Mereka akan menghabiskan 2.000 yuan (Rp4 juta) untuk iklan yang akan mengarahkan 10.000 orang ke setiap akun amatir.
Versi pencarian bakat yang hiper-komersil ini mencerminkan betapa canggihnya industri influencer China-dan bagaimana China dapat berfungsi sebagai model bagi bintang media sosial negara-negara lain yang ingin mencari uang.
Dari 800 amatir yang diidentifikasi Ruhnn setiap bulan, hanya 5-10 yang ditawari kontrak. Kontrak ini akan memberi Ruhnn hak eksklusif foto (influencer harus meminta izin dari Ruhnn jika ada pihak ketiga yang ingin menggunakan gambar mereka untuk kepentingan komersial) dan hak untuk mengoperasikan akun media sosial influencer dan toko e-Commerce-nya. Influencer akan berdiskusi dengan Ruhnn untuk memutuskan produk mana yang akan dipasarkan.
Sebagai gantinya, influencer diberi tim pendukung, ditambah empat bulan pelatihan intensif, yang mengajarkan hal-hal seperti bagaimana menampilkan diri di depan kamera, cara membuat berbagai jenis video dan cara menjual produk.
Baca juga: Dari Laut ke Darat, Blok Masela Jadi Ladang Surga Gas Abadi Indonesia
Model ini tidak hanya bisa ditemukan di China: gaya manajemen yang serupa, di bawah payung perusahaan besar yang disebut jaringan multi-saluran (MCN), berkembang biak di negara-negara lain pada awal 2010. Saat itu YouTube menjadi platform media utama bersama beberapa selebriti bintang awalnya.
Tapi cara itu gagal karena banyak yang memulai bisnis ini dengan minta bayaran dari influencer, dengan imbal balik sangat sedikit. MCN masih tetap ada di Barat, tetapi banyak yang telah berubah menjadi agen manajemen bakat yang lebih tradisional.
Ruhnn melampaui agen tradisional ini "dalam komitmen dan sumber daya yang mereka gunakan untuk mendukung influencer," kata Lauren Hallanan, pakar pemasaran media sosial China yang menganalisis pasar KOL.
"Saya biasanya menggunakan istilah inkubator untuk menggambarkannya, karena sangat mirip dengan dengan inkubator start-up."
Baca juga: Ibu kota Baru Hanya Dihuni 1,5 Juta Orang, Bappenas Tak Mau Jakarta Kedua
David Craig, profesor rekanan klinis di USC Annenberg dan rekan penulis Social Media Entertainment, sebuah buku tentang industri media sosial, mengatakan bahwa industri ini memang lebih baru daripada yang berbasis di Barat. Meski demikian, industri China "telah meningkat jauh lebih cepat. dan menyediakan karier yang lebih menguntungkan bagi para penciptanya."
Influencer pertama yang dibiayai Ruhnn adalah Dayi Zhang, yang disebut "ratu e-Commerce". Tahun lalu Zhang menjual lebih dari satu miliar yuan ($145 juta) produk melalui toko online-nya, yang mengeluarkan lebih dari 1.000 produk setiap tahun. Dia melakukan siaran langsung lebih dari 20 kali setahun di Taobao.
Zhang, 31, baru-baru ini menghadiri Paris Fashion Week dan mengirim gambar-gambar desain catwalk terbaru kembali ke China. Tim manufaktur pakaian Ruhnn merancang prototipe virtual dalam waktu empat jam, lengkap dengan desain yang dapat segera disiarkan pada penggemarnya.
"Di malam hari, KOL kami dapat menunjukkan contoh pakaian itu di siaran langsung Taobao mereka," kata Zhou.
Baca juga: Tak ada Sumur dan LPG di Calon Ibu Kota Baru Indonesia
Tetapi interaktivitas tidak berakhir di sana. Saat siaran langsung, influencer dapat meminta tanggapan dari penggemar: apakah mereka menyukai pakaian dengan warna, potongan, atau kain tertentu.
"Kami dapat mengubah ide-ide dan tren mode menjadi penjualan," kata Zhou.
"Ini adalah industri yang cepat tanggap," tambahnya.
Kedekatan dengan pusat-pusat manufaktur untuk fashion, kosmetik, barang habis pakai dan barang-barang elektrik, telah membantu menambah biaya industri influencer China, kata Zhou.
"Ada beberapa karakteristik khusus di China yang membantu industri e-Commerce sosial ini, tetapi saya percaya ini adalah tren baru," katanya. Dan itu juga bisa direplikasi oleh industri influencer Barat juga.
Sejak menandatangani kontrak dengan Ruhnn, BB telah melihat basis pengikutnya tumbuh hingga hampir satu juta orang di semua platform.
- Penulis :
- Nani Suherni