
Pantau.com - Kementerian Agama akan menggandeng dua organisasi massa (Ormas) Islam terbesar di Indonesia yakni Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah untuk bersama-sama melakukan upaya mencegah radikalisme (deradikalisasi).
"Mereka (NU dan Muhammadiyah) juga diakomodir di dalamnya," ujar Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, Kamaruddin Amin
Kamaruddin mengatakan NU dan Muhammadiyah melakukan usaha sangat bagus dalam merawat keragaman di Indonesia. Kedua ormas tersebut menjadi penyangga infrastruktur sosial, sehingga Indonesia tidak mudah runtuh dengan masuknya ideologi transnasional yang tidak cocok diterapkan di negara Bhinneka Tunggal Ika.
Baca Juga: Soal Wacana Pelarangan Cadar, Komisi VIII: Kami Akan Konfirmasi Menag!
"Sesungguhnya keragaman (diversity), mudah menimbulkan ketidaksepahaman. Tapi kita beruntung, kita masih sinergi antara pemerintah dan ormas-ormas Islam," ujar Kamaruddin.
Sehingga, Kamaruddin menjelaskan, jika ada seseorang yang membawa paham radikal masuk ke Indonesia, mereka tidak hanya berhadapan dengan pemerintah, tetapi juga berhadapan dengan infrastruktur sosial berupa ormas-ormas Islam tersebut.
"Bayangkan kalau salah satu ormas Islam radikal, tentu bisa timbul kekacauan luar biasa," kata Kamaruddin.
Baca Juga: Menag Wacanakan Larang Penggunaan Cadar, Mardani: Hati-hati Ruang Privat!
Oleh karena itu, ormas-ormas Islam diharapkan dapat ikut berperan dalam tiga program yang dilakukan Kementerian Agama dalam pendidikan Islam. Program pertama yaitu membuat pusat kajian moderasi beragama yang bertoleransi, moderat, serta menghargai keragaman dan perdamaian.
"Kami akan membuat edaran ke para rektor Perguruan Tinggi Islam baik negeri maupun swasta untuk membuat pusat kajian moderasi beragama atau rumah moderasi. Kita harapkan rumah moderasi itu dapat memproduksi kontra narasi isu-isu radikalisme beragama," kata dia.
Program kedua, yaitu lewat pengajaran agama di sekolah-sekolah umum dan madrasah dengan menuntaskan penulisan ulang buku-buku agama di seluruh Indonesia dan penyesuaian kurikulum.
"Buku agama itu akhir Desember akan di-launching Menteri Agama. Konten utama lebih kepada rasa cinta kepada tanah air sebagai satu instrumen menghalau radikalisme serta toleran dengan agama orang lain. Moderasi agama juga ditanamkan dalam kurikulum di madrasah," terangnya.
Program ketiga yaitu memenangi kontestasi di ruang publik seperti di media sosial agar suara-suara di sana tidak didominasi paham agama yang tidak moderat. “Kami mengimbau agar pemuka agama untuk mendakwahkan agama yang rahmatan lil alamin. Mereka diharapkan dapat aktif, tidak hanya jadi penonton saja. Supaya media sosial tidak dimenangkan oleh mereka yang ilmunya biasa-biasa saja,” ujar dia.
- Penulis :
- Reza Saputra