Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Cerita Jasa Penukaran Uang Baru: Risiko Dari Jambret Hingga Penipuan

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Cerita Jasa Penukaran Uang Baru: Risiko Dari Jambret Hingga Penipuan

Pantau.com - Memberi uang kepada sanak saudara yang lebih kecil sudah menjadi tradisi di hari raya Idul Fitri, karenanya tidak heran jasa penukaran uang kertas baru ramai menjamur menjelang hari raya.

Seperti yang dilakukan Robet Sidabutar (52) misalnya, yang telah menjalani bisnis ini selama dua kali Ramadhan atau dua tahun lamanya, dengan alasan tidak memiliki pekerjaan.

"Yah kata anak istri, mau gimana lagi nggak ada kerjaan," ujarnya saat disambangi Pantau.com di kios mininya di Jalan Setia Mekar, Tambun Selatan, Bekasi, Senin (3/6/2019).

Baca juga: Duh! Beli Tiket Pesawat 2 Bulan Lalu, Penumpang Tetap Kena Rp2,8 Juta

Robet mengatakan dibanding tahun lalu, penukaran kali ini jauh lebih sepi dari sebelumnya. Jika ia biasa mendapatkan penukaran per hari paling banyak Rp10 juta, kini ia harus puas dengan Rp5 juta per hari.

"Dulu bisa sampai Rp10 juta sehari, sekarang yah paling banyak bawa dari rumah cuma Rp5 juta, itu juga jarang habis," ungkapnya.

Dua minggu sudah Robet beserta penjaja jasa penukaran uang lainnya mangkal, dan rata-rata keuntungan yang diambil hampir sama yakni 10 persen dari total uang yang ditukarkan.

"Jadi misalkan, mau nuker Rp100 ribu, dia harus bayar Rp110 ribu gitu," jelasnya.

Karena pria asal Medan itu bekerja seorang diri, maka ia harus puas mengantongi untung sekitar Rp5 juta selama dua pekan ia menjajakan 'uang kertas baru' itu.

Sebagai pengangguran, Robet akui ia tidak memiliki modal utuh, yang lalu ia akali dengan meminjam istri, sanak keluarga bahkan tetangga, setelah mendapat untung baru ia kembalikan.

"Modalnya pinjem-pinjem saja, sama untung kepotong modal ongkos nuker ke Jakarta pulang pergi Rp6.000 naik KRL, sama nunggu antrian tiga jam antrian," ungkapnya.

Baca juga: Viralnya Harga Tiket Rp21 Juta, YLKI: Jangan Buat Konsumen Bingung!

Sementara itu, pria bertempat tinggal di Kalimalang itu paham betul bagaimana pekerjaannya memiliki  risiko jambret ataupun penipuan, dari sanalah ia meminimalisirnya dengan membawa uang di tas, dan sedikit memajang uang di atas meja atau kursi di pinggir jalan.

"Di atas meja ini kalau diambil Rp800 ribu, jadi kalau misalnya ke jambret ya nggak banyak, yah sama kasih duit buat preman dikit Rp10.000 paling," ungkapnya.

Terkait keaslian, Robet menjamin uang yang dijajakannya 100 persen asli. Sebaliknya, beruntung hingga kini ia belum pernah mengalami mendapat uang palsu dari penukar.

"Yang penting teliti, dilihat dulu (uangnya)," imbuhnya.

Sementara untuk mekanisme yang mereka tawarkan kepada pelanggan adalah 10 persen jasa yang mereka dari pelanggan. Misalnya, ada yang menukar uang Rp100 ribu, maka ia menerima Rp110 ribu. Upah yang dia terima adalah Rp10.000.

Penulis :
Nani Suherni

Terpopuler