HOME  ⁄  Ekonomi

Gubernur BI Ungkap Peluang Indonesia Salip China

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Gubernur BI Ungkap Peluang Indonesia Salip China

Pantau.com - Tiongkok mencatat perlambatan pertumbuhan ekonomi dari 6,6 persen ke 6,3 persen. Kondisi ini juga tentu berpengaruh kepada Indonesia pasalnya, Tiongkok menjadi salah satu pasar ekspor terbesar bagi Indonesia. 

Kendati demikian, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai, kondisi ini bisa dimanfaatkan oleh Indonesia untuk mendapatkan peluang relokasi industri.

"Implikasinya ekspor kita komoditas terbesar adalah Tiongkok. Sehingga memang kalau ekonomi Tiongkok turun, permintaan komoditas turun, sebagai orang dewasa kita agak boleh menyerah," ujarnya dalam diskusi 'RSM Morning Breefing' yang digelar di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Senin (4/3/2019).

Baca juga: 10 Negara Ini akan Dominasi Ekonomi Dunia, Indonesia Urutan 3 Salip China

Sebab kata dia, peluang dari menurunnya ekonomi China adalah terjadinya relokasi industri, seperti Jepang pada 1980 dan Korea Selatan sejak krisis Asia.

"Waktu itu juga melawan dan melakukan restrukturisasi oleh karena itu, dia relokasi industri ke south east asia termasuk Indonesia. Sehingga ada teori angsa terbang. Sama 1997-1998 South Korea kena krisis juga melakukan relokasi industri. Itu yang harus kita tangkap dari turunnya ekonomi China," terangnya.

Lebih lanjut kata dia meski saat ini RI masih mengekspor komoditas batu bara dan nikel, ia mendorong peluang ini dapat digunakan sebagai momentum ini untuk memberikan nilai tambah pada ekspor RI.

Baca juga: Indonesia Jadi Negara Maju di Tahun 2030-2045, Asal...

"Kita gak boleh menyerah. Meski kita ekspor batu bara, nikel dengan tanah-tanahnya. Sekarang kita tarik smelternya kesini," katanya. 

"Mereka mau juga masuk ke infrastruktur, sampai ke ekonomi keuangan digital, ini kesempatan dari menurunnya ekonomi China mari kita tangkap untuk berbagai bidang," pungkasnya.

Jika melihat hasil survei Oxford Economic, bisa jadi ramalan Indonesia salip Chian menjadi hal yang sangat mungkin jika dibandingkan dengan data Bank Indonesia.

Penulis :
Nani Suherni