
Pantau.com - Rencana pemindahan Ibukota baru ke Pulau Kalimantan diproyeksikan berdampak pada pembangunan infrastruktur yang lebih pesat. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia juga akan meningkat.
Namun di sisi lain tidak semua warga Kalimantan menyambutnya dengan positif. Banyak pula yang masih merasa cemas karena membayangkan perubahan drastis yang terjadi di pulau ini. Generasi milenials pulau ini juga termasuk yang mengkhawatirkan efek meroketnya harga properti.
Baca juga: Faktor Ini Bikin Jakarta Harus Lepas Predikat Jadi Ibu Kota Selama 58 Tahun
Hal itu memang tidak bisa dipungkiri menjadi salah satu efek domino dan konsekuensi saat ibu kota pindah. Bisa-bisa nasib mereka sama seperti ibu kota Jakarta, yang semakin susah mencari hunian dekat kota karena harganya sudah terlalu melambung.
Rumah-rumah murah akhirnya hanya bisa didapat jauh dari pusat kota. Apalagi selama ini isu keterjangkauan memang manjadi salah satu faktor yang membayangi milenial susah memiliki hunian.
Kekhawatiran ini menjadi beralasan sebab sejak isu pemindahan ibu kota bergulir ke kalimantan, patok-patok geospasial juga terus bermunculan.
Baca juga: Ekspor Cangkang Sawit Ke Jepang, RI Penuhi Bahan Energi Hijau Dunia
Salah satu warga Kalimantan, Adit (33) mengaku dirinya khawatir pemindahan ibu kota justru bisa menambah biaya hidup semakin mahal.
"Di sini biaya hidup memang sudah mahal, kalau jadi ibu kota pasti yang kelas menengah kebawah bakal teriak," ujarnya saat dihubungi Pantau.com.
Adit tidak kemungkiri bahwa jika Kalimantan dijadikan ibu kota, maka perekonomian daerahnya semakin merata. Tetapi ia menilai Pemerintah Pusat juga harus berfikir soal hutan-hutan yang bisa jadi akan ditebang untuk pembangunan.
"Lalu seiring pembangunan besar2an di ibu kota baru, otomatis melahap lahan hutan yang ada meskipun tema ibukota baru green city ya," tegasnya.
- Penulis :
- Nani Suherni