Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Ketakutan Perang Dagang Mulai Goyang Perdagangan Minyak di Asia

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Ketakutan Perang Dagang Mulai Goyang Perdagangan Minyak di Asia

Pantau.com - Harga minyak merosot di perdagangan Asia pada Jumat , terseret oleh kekhawatiran atas perlambatan ekonomi global meskipun pemotongan pasokan yang dipimpin oleh klub produsen OPEC dan sanksi-sanksi AS terhadap Venezuela memberikan beberapa dukungan terhadap minyak mentah.

Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI), berada di 52,47 dolar AS per barel pada pukul 01.23 GMT (08.23 WIB), turun 17 sen AS atau 0,3 persen, dari penyelesaian terakhir mereka. WTI turun sekitar 2,5 persen dari sesi sebelumnya.

Sementara itu, minyak mentah berjangka internasional Brent turun 12 sen AS atau 0,2 persen, menjadi 61,51 dolar AS per barel setelah jatuh 1,7 persen pada sesi sebelumnya.

Baca juga: Wajib Tahu Gengs! Laporan Pajak Sekarang Harus Gunakan e-Filing, Buruan Register

Membebani pasar keuangan, termasuk minyak mentah berjangka, adalah kekhawatiran bahwa perselisihan perdagangan antara Amerika Serikat dan China akan tetap tidak terselesaikan, merusak prospek pertumbuhan ekonomi global.

Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Kamis (7/2/2019) bahwa ia tidak berencana untuk bertemu dengan Presiden China Xi Jinping sebelum tenggat waktu 1 Maret yang ditetapkan oleh kedua negara untuk mencapai kesepakatan perdagangan.

Jika tidak ada kesepakatan antara dua ekonomi terbesar di dunia itu, Trump telah mengancam untuk menaikkan tarif AS atas impor China. Putaran pembicaraan lain dijadwalkan untuk minggu depan di Beijing.

"Harga minyak mentah kembali ke posisi terendah dalam seminggu karena prospek pertumbuhan yang lebih lambat bisa menandakan pengembalian (alasan) untuk persediaan meningkat," kata Edward Moya, analis pasar di pialang berjangka Oanda.

Baca juga: Aruna, Penolong Nelayan Indonesia untuk Ekspor Hasil Laut ke Amerika

Meskipun demikian, para pedagang mengatakan penurunan harga minyak mentah lebih jauh tertahan oleh pemotongan pasokan yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang diperkenalkan akhir tahun lalu bertujuan untuk memperketat pasar dan menopang harga.

Sebagai bagian dari pemotongan ini, Arab Saudi - pengekspor minyak mentah terbesar di dunia dan pemimpin de-facto OPEC - memangkas produksi minyak mentahnya pada Januari sekitar 400.000 barel per hari (bph) menjadi 10,24 juta bph, menurut sumber OPEC.

Itu menempatkan produksi minyak mentah Saudi hampir 1,7 juta barel per hari di bawah Amerika Serikat, yang telah menghasilkan sekitar 11,9 juta barel per hari pada akhir 2018 dan awal 2019 - naik lebih dari 2 juta barel per hari dari setahun sebelumnya.

Baca juga: Menteri Keuangan Era SBY dan Senior Sri Mulyani Korek Utang Negara

Risiko lain terhadap pasokan minyak datang dari Venezuela setelah penerapan sanksi-sanksi AS terhadap industri perminyakan anggota OPEC itu pada akhir Januari. Analis memperkirakan langkah ini akan mengurangi 300.000-500.000 barel per hari dari ekspor.

Namun untuk saat ini, dampak sanksi-sanksi terhadap pasar minyak internasional terbatas.

"Keseluruhan gangguan (Venezuela) tampaknya dapat dikelola baik untuk AS dan pasar global," kata Norbert R cker, kepala penelitian komoditas di bank Swiss Julius Baer. 


Penulis :
Nani Suherni