Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Oleh-oleh Hingga Hadiah, Cerita Pemudik yang Pilih Kendaraan Pribadi

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Oleh-oleh Hingga Hadiah, Cerita Pemudik yang Pilih Kendaraan Pribadi

Pantau.com - Mudik memang telah jadi tradisi bagi masyarakat Indonesia untuk bertemu dengan sanak keluarga di kampung halaman, beragam cara ditempuh termasuk dengan kendaraan pribadi, dengan alasan irit.

Seperti yang diungkap Wais Korni (30) yang rela menempuh perjalanan puluhan jam dengan motor dari Tanggerang untuk mencapai Pemalang, Jawa Tengah. Tak main-main, ia berangkat bersama rombongan 5 motor banyaknya.

"Irit kalau pakai motor itu, udah gitu disana bisa dipakai buat kesana kemari. Ini juga ramai-ramai berangkatnya jadi ada keseruan tersendiri," ujar Wais kepada Pantau.com di peristirahatan SPBU Tambun, Bekasi, Senin (3/6/2019)

Pria yang kesehariannya bekerja sebagai peracik kopi ini mengaku, berbekal Rp500 ribu sudah cukup untuk membiayai perjalanan mudik dua orang termasuk makan, istirahat, dan bensin. Wais memang memboncengi kakak ibu mertuanya untuk sama-sama pulang ke kampung halaman.

Baca juga: Terkuak! Ini Alasan Sang Ayah Sematkan Nama Kristiani untuk Bu Ani

"Istri, sama orang tua saya kebetulan sudah di kampung," unkapnya.

Dibanding memilih jalur utara (pantura), Wais lebih memilih jalur selatan, walaupun berkelok ia lebih tahan dibanding harus nermacet ria di jalur pantura. Tidak kurang tiga hingga empat kali pemberhentian akan dilakukann Wais bersama rekan lainnya.

"Yang penting sih kesiapan badan prima aja sama kendaraan, alhamdulillah udah di cek terus motornya," paparnya.

Lain Wais, lain pula dengan pasangan suami istri Tanri dan Kinardi yang menggunakan kendaraan pribadi roda empat, dan mudik bersama anak serta tetangganya menuju kuningan. Untuk pulang pergi selama perjalanan mudik saja keduanya harus mempersiapkan budget sebesar Rp5 juta.

Baca juga: Mengenal 5 Metode Penetapan 1 Syawal, Idul Fitri 1440 Hijriyah

"Wah, lima juta aja harus udah di tangan, apalagi infonya tolnya mahal," celetuk Kinardi

Meski begitu, Tanri mengaku tak menyesal karena sepadan bawaan, kenyamanan, serta keleluasaan saat membawa kendaraan pribadi dan naik kendaraan umum.

"Nggak apa-apalah, kan ini bawaannya banyak juga ada oleh-oleh, baju buat orang tua, ada anak juga, di sana (di kampung) juga ini (mobil) bisa buat muter-muter," tutupnya.

rn
Penulis :
Nani Suherni