
Pantau.com - Korea Utara tidak lagi menjadi 'musuh' bagi Korea Selatan, meskipun Pyongyang masih mempunyai program nuklir yang mengancam keamanan, kata Kementerian Pertahanan Korea Selatan dalam rilisnya pada Selasa (15 Januari 2019).
Itu merupakan pertama kalinya sejak 2010, tahun yang sama dengan saat 50 warga Korea Selatan tewas dalam serangan yang dituding telah dilakukan oleh Pyongyang.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan tidak lagi menggunakan istilah seperti 'musuh', 'musuh masa kini', atau 'musuh utama' Korea Selatan. Label 'musuh' yang diberikan Korsel kepada Korut tidak lagi digunakan merupakan suatu tanda lanjutan bagi hubungan yang lebih baik untuk keduanya, seperti dilansir South China Morning Post, Rabu (16/1/2019).
Meski begitu, dalam laporan tersebut masih disebutkan bahwa senjata pemusnah Korea Utara sebagai ancaman bagi perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea.
Baca juga: Menuju Perdamaian, Duo Korea Hancurkan Pos Penjagaan di Perbatasan
Terminologi 'musuh' telah menjadi sumber permusuhan yang berjalan lama antara Korea Utara dan Korea Selatan. Korea Utara menyebut label itu merupakan provokasi yang menunjukan permusuhan Seoul.
Korea Selatan pertama kali menyebut Korea Utara sebagai 'musuh utama' pada tahun 1995, setahun setelah Korea Utara mengancam merubah Seoul ke dalam lautan api, istilah yang digunakan Korea Utara berulang kali ketika terjadi konfrontasi dengan Korsel.
Namun, selama masa pengeduran ketegangan di awal 2000an, Korsel berusaha menghindari penggunaan istilah tersebut dan baru kembali menggunakannya dalam laporan Kementerian Pertahanan pada 2010.
Penghapusan istilah'musuh' diperkirakan akan mendapat kecaman dari kaum konservatif Korea Selatan yang berpendapat pemerintahan Moon Jae-in telah merusak tatanan keamanan negara. Dalam laporan Kementerian Pertahanan Korsel, terungkap jumlah tentara yang dimiliki Korea Utara sebanyak 1,28 juta personil, sedangkan Korsel hanya berkisar 599.000.
Baca juga: Korsel dan Korut Resmi Buka Akses Transportasi Kedua Negara
Selain itu, Korea Utara masih terus menyebarkan sekitar 70 aset militernya, serta memberntuk unit operasi khusus pembunuhan. Dokumen laporan pertahanan Korsel juga memuat 14 jenis rudal balistik yang telah dimiliki atau sedang dikembangkan oleh Korea Utara, termasuk rudal balistik antarbenua (ICBM).
Dalam dokumen laporan juga disebutkan soal cadangan uranium dan 50 kilogram plutonium yang telah dipersenjatai, yang menurut ahli cukup untuk membuat setidaknya delapan bom nuklir.
Di bawah perjanjian yang telah dicapai lewat Pertemuan Tingkat Tinggi Kim Jong-un dengan Moon Jae-in pada September lalu, kedua Korea sepakat untuk menghancurkan sejumlah pos jaga garis depan dan mendirikan penyangga sepanjang perbatasan mereka serta berbagi zona demilitarisasi bersama di desa perbatasan.
Banyak kaum konservatif Korsel mengatakan bahwa Korea Selatan tidak seharusnya setuju dengan program pengurangan senjata konvensional di wilayah perbatasan karena ancaman nuklir Korea Utara masih tetap berlanjut.
- Penulis :
- Noor Pratiwi