
Pantau - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bersama Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) saat ini tengah melakukan investigasi terhadap dugaan manipulasi laporan keuangan emiten BUMN karya, yakni PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).
“Pemerintah sebagai pemegang saham perusahaan karya tersebut, berjanji akan melakukan tindakan tegas apabila ditemukan bukti adanya manipulasi laporan keuangan,” kata Wakil Menteri (BUMN) II, Kartika Wirjoatmodjo dalam rapat kerja Komisi VI DPR bersama Kementerian BUMN, dikutip Selasa (6/6/2023).
Manipulasi laporan keuangan tersebut merupakan salah satu masalah yang disorot Kementerian BUMN dari sejumlah isu besar yang menerpa perusahaan pelat merah.
"Di beberapa karya seperti Waskita dan WIKA ini pelaporan keuangan tidak sesuai dengan kondisi riilnya. Artinya dilaporkan seolah-olah untung bertahun-tahun, padahal cash flow-nya tidak pernah positif," kata Tiko, sapaan akrabnya.
Menurut dia, apabila ada unsur pidana dalam laporan keuangan, seperti fraud, pihaknya dapat melakukan penuntutan kepada manajemen lama yang waktu itu melaporkan laporan keuangan.
“Saya sudah lapor dengan Ketua BPKP, jika memang ada fraud dari sisi pelaporan keuangan kita bisa lakukan tindakan tegas," imbuh Tiko.
Kondisi persaingan yang makin ketat di pasar, menurut Tiko, membuat perusahaan BUMN karya saat ini mengalami kesulitan arus kas (cash flow). Selain margin laba yang tipis, beberapa proyek disebut rugi seperti pekerjaan terintegrasi (Engineering, Procurement and Construction/EPC).
"Persaingan terlalu ketat, sehingga hampir semua margin BUMN karya kecil, cuma 2-3 persen. Bahkan banyak yang rugi di EPC. Sehingga mereka selama ini memutar cashflow saja karena keuntungannya kecil," beber Tiko.
Untuk itu, Kementerian BUMN juga menginisasi perbaikan dari sisi ekosistem proyek untuk memastikan BUMN karya mendulang profitabilitas berkelanjutan.
Sebelumnya, WSKT telah mengumumkan kinerja perseroan hingga kuartal I 2023. Pada periode tersebut, Waskita Karya mencatatkan penyusutan dari sisi pendapatan dan rugi.
Laporan keuangan perseroan seperti tertuang dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Minggu (30/4/2023), pendapatan usaha hingga akhir Maret 2023 menyusut 0,36 persen menjadi Rp2,73 triliun dari Rp2,74 triliun pada kuartal I 2022.
Sementara, beban pokok pendapatan pada periode yang sama turun 3,31 persen menjadi Rp 2,33 triliun dari periode yang sama sebelumnya Rp 2,41 triliun. Alhasil, laba bruto Waskita Karya meningkat 21,46 persen menjadi Rp400,43 miliar hingga akhir Maret 2023 dibandingkan periode yang sama 2022 sebesar Rp329,66 miliar.
Sepanjang kuartal I-2023, perseroan membukukan rugi periode berjalan sebesar Rp 395,36 miliar susut 54,86 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 967,71 miliar.
Rugi bersih pada kuartal I 2023 susut 54,86 persen sebesar Rp 374,93 miliar dari Rp 830,63 miliar pada periode yang sama 2022. Aset perseroan sampai dengan Maret 2023 turun menjadi Rp 98,22 triliun dari Rp 98,23 triliun pada Desember 2022. Liabilitas naik menjadi Rp 84,37 triliun pada kuartal I 2023 dari tahun sebelumnya Rp 83,98 triliun.
Sementara ekuitas hingga Maret 2023 naik menjadi Rp 13,84 triliun dibandingkan posisi Desember 2022 sebesar Rp 14,24 triliun.
“Pemerintah sebagai pemegang saham perusahaan karya tersebut, berjanji akan melakukan tindakan tegas apabila ditemukan bukti adanya manipulasi laporan keuangan,” kata Wakil Menteri (BUMN) II, Kartika Wirjoatmodjo dalam rapat kerja Komisi VI DPR bersama Kementerian BUMN, dikutip Selasa (6/6/2023).
Manipulasi laporan keuangan tersebut merupakan salah satu masalah yang disorot Kementerian BUMN dari sejumlah isu besar yang menerpa perusahaan pelat merah.
"Di beberapa karya seperti Waskita dan WIKA ini pelaporan keuangan tidak sesuai dengan kondisi riilnya. Artinya dilaporkan seolah-olah untung bertahun-tahun, padahal cash flow-nya tidak pernah positif," kata Tiko, sapaan akrabnya.
Menurut dia, apabila ada unsur pidana dalam laporan keuangan, seperti fraud, pihaknya dapat melakukan penuntutan kepada manajemen lama yang waktu itu melaporkan laporan keuangan.
“Saya sudah lapor dengan Ketua BPKP, jika memang ada fraud dari sisi pelaporan keuangan kita bisa lakukan tindakan tegas," imbuh Tiko.
Arus Kas Seret
Kondisi persaingan yang makin ketat di pasar, menurut Tiko, membuat perusahaan BUMN karya saat ini mengalami kesulitan arus kas (cash flow). Selain margin laba yang tipis, beberapa proyek disebut rugi seperti pekerjaan terintegrasi (Engineering, Procurement and Construction/EPC).
"Persaingan terlalu ketat, sehingga hampir semua margin BUMN karya kecil, cuma 2-3 persen. Bahkan banyak yang rugi di EPC. Sehingga mereka selama ini memutar cashflow saja karena keuntungannya kecil," beber Tiko.
Untuk itu, Kementerian BUMN juga menginisasi perbaikan dari sisi ekosistem proyek untuk memastikan BUMN karya mendulang profitabilitas berkelanjutan.
Sebelumnya, WSKT telah mengumumkan kinerja perseroan hingga kuartal I 2023. Pada periode tersebut, Waskita Karya mencatatkan penyusutan dari sisi pendapatan dan rugi.
Laporan keuangan perseroan seperti tertuang dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Minggu (30/4/2023), pendapatan usaha hingga akhir Maret 2023 menyusut 0,36 persen menjadi Rp2,73 triliun dari Rp2,74 triliun pada kuartal I 2022.
Sementara, beban pokok pendapatan pada periode yang sama turun 3,31 persen menjadi Rp 2,33 triliun dari periode yang sama sebelumnya Rp 2,41 triliun. Alhasil, laba bruto Waskita Karya meningkat 21,46 persen menjadi Rp400,43 miliar hingga akhir Maret 2023 dibandingkan periode yang sama 2022 sebesar Rp329,66 miliar.
Sepanjang kuartal I-2023, perseroan membukukan rugi periode berjalan sebesar Rp 395,36 miliar susut 54,86 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 967,71 miliar.
Rugi bersih pada kuartal I 2023 susut 54,86 persen sebesar Rp 374,93 miliar dari Rp 830,63 miliar pada periode yang sama 2022. Aset perseroan sampai dengan Maret 2023 turun menjadi Rp 98,22 triliun dari Rp 98,23 triliun pada Desember 2022. Liabilitas naik menjadi Rp 84,37 triliun pada kuartal I 2023 dari tahun sebelumnya Rp 83,98 triliun.
Sementara ekuitas hingga Maret 2023 naik menjadi Rp 13,84 triliun dibandingkan posisi Desember 2022 sebesar Rp 14,24 triliun.
- Penulis :
- Ahmad Munjin