
Pantau.com - Pengembangan sapi raksasa jenis Belgian Blue terus dilakukan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian.
Kepala BET Cipelang Oloan Parlindungan menyampaikan bahwa pengembangbiakkan Belgian Blue dilakukan dengan beberapa cara.
Salah satunya adalah transfer embrio, dengan komposisi darah 100% Belgian Blue, metode ini menghasilkan jenis Belgian Blue murni. Sedangkan sapi yang merupakan hasil persilangan dengan sapi eksotik/lokal dengan semen beku memiliki komposisi darah 50% Belgian Blue atau disebut dengan sapi persilangan.
"Cara lain terus dikembangkan, seperti mengawinkan kembali sapi Belgian Blue 50 persen ini dengan menggunakan semen beku Belgian Blue untuk menghasilkan sapi Belgian Blue dengan komposisi darah 75 persen," beber Oloan.
Baca juga: Mengintip Si 'Bimasakti', yang Jadi Harapan Swasembada Daging Sapi
Langkah selanjutnya dilakukan kawin suntik lagi dengan semen beku Belgian Blue untuk menghasilkan pedet komposisi darah Belgian Blue 87,5 persen, demikian seterusnya.
Untuk pengembangannya ke seluruh Indonesia, bibit Belgian Blue ini akan disebar ke masyarakat peternak setelah mendapat rekomendasi dari komisi bibit.
"Sapi jantan hasil transfer embrio akan digunakan sebagai pejantan untuk diambil semennya, sedangkan sapi betina akan digunakan sebagai sapi donor (pemberi embrio) untuk diproduksi embrionya," ungkap Oloan.
Saat ini BET Cipelang merupakan satu-satunya UPT Ditjen PKH Kementan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana untuk produksi embrio dan telah dilakukan uji coba untuk memproduksi embrio dari sapi-sapi donor, baik dari sapi lokal maupun eksotik dengan semen beku Belgian Blue.
Uji coba produksi embrio dengan semen beku Belgian Blue dilakukan pada sapi donor Simmental, Limousin, Angus, Madura, Bali, PO dan Aceh.
BET Cipelang telah mampu menghasilkan embrio sapi persilangan (Belgian Blue 50 persen dan 75%) sebanyak 27 embrio. Embrio dihasilkan sesuai dengan SNI embrio, dan mengacu pada standar IETS (International Embryo Transfer Society).
"Sementara untuk embrio dengan komposisi darah 75% ini akan dicoba transfer pada sapi resipien (penerima embrio) untuk memastikan kelahiran anaknya, apakah dapat lahir secara normal ataukah harus melalui operasi caesar," ujarnya.
Baca juga: Manfaatkan Teknologi, Petani NTB Berhasil Tingkatkan Hasil Panen di Musim Kering
Oloan mengatakan, jika anak keturunan BB dengan komposisi darah 75% dapat lahir secara normal, maka dimungkinkan sapi dengan komposisi darah Belgian Blue 75% dapat dikembangkan lebih banyak lagi di masyarakat.
Selain itu, sapi resipien yang melahirkan pedet Belgian Blue melalui operasi caesar dapat dibuntingkan kembali setelah kondisi reproduksinya normal. Demikian juga dengan sapi donor yang melahirkan pedet BB juga dapat diproduksi embrionya kembali.
"Dengan demikian, populasi sapi keturunan Belgian Blue di Indonesia akan semakin banyak dan pemenuhan kebutuhan protein akan dapat menjadi kenyataan dalam waktu yang tidak lama lagi. Target seribu sapi Belgian Blue di 2019 terus diupayakan," ujar Oloan.
Sejauh ini, percobaan persilangan sapi Belgian Blue dengan sapi Aceh, Madura dan sapi Bali juga dilakukan dengan cara melakukan produksi embrio dari sapi-sapi tersebut dengan menggunakan semen Belgian Blue. Hasilnya, produksi embrio dengan donor sapi Bali dan semen Belgian Blue belum menunjukkan keberhasilan, sedangkan donor sapi Aceh lebih responsif ketika dilakukan produksi embrio.
"Ujicoba produksi embrio sapi Aceh dengan semen BB menghasilkan dua embrio layak transfer. Kedua embrio tersebut langsung ditransferkan pada sapi resipien jenis Limousin dan FH, dan berhasil lahir secara normal pada bulan Mei dan Juni 2018," pungkasnya.
- Penulis :
- Nani Suherni










