
Pantau.com - Travel China diketahui menyediakan paket liburan China-Bali 4-5 hari plus tiket pesawat Pulang Pergi hanya Rp2,5-Rp3 juta. Paket ini dinilai terlalu murah dan dinilai tidak memberi keuntungan baik pada devisa RI ataupun pada pengusaha lokal.
Pasalnya agen travel China ini berkerjasama dengan beberapa toko di Bali yang menjual oleh-oleh Bali namun sebetulnya merupakan barang yang dibuat China.
Menanggapi hal tersebut Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan pihaknya akan segera melakukan pertemuan untuk penindakan atas kejadian tersebut. Menurutnya hal serupa tidak hanya terjadi di Bali tapi juga di beberapa wilayah bahkan negara-negara lain.
"Nanti tanggal 25 (Oktober) kita akan ketemu, kemarin saya ketemu dengan Pak Gubernur, jadi itu nama istilahnya zero dolar tour, itu terjadi dimana-mana, tidak hanya di Bali, di beberapa daerah di Indonesia, bahkan di seluruh dunia, yang paling banyak terjadi di Thailand," ujarnya saat ditemui di kantor Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg), Jakarta Pusat, Selasa (23/10/2018).
Baca juga: Buat yang Tertarik Kerja di Bali, Ini Besaran UMP Tahun 2019
Pihaknya mengaku telah melakukan upaya sebelumnya dengan melakukan pendataan travel agen terdaftar namun dinilai belum efektif.
"Apa yang paling baik untuk mengatasi itu, sudah saya lakukan tapi belum efektif yaitu registered travel agent, beberapa kali saya ketemu dengan Menpar-nya China karena dia yang paling besar, itu memberikan daftar masing travel agen yang diakui, itu paling bagus," katanya.
Pihaknya menargetkan upaya tersebut bisa kembali dilakukan. Untuk travel dalam negeri dilakukan dibawah Asosiasi Tour dan Travel Agen begitu juga kebijakan yang sama dilakukan oleh Kemenpar China.
"Travel agen di sana mana yang diregistered oleh Kemenpar di sana, namanya China National Tourism Agency (CNTA) dan disini oleh Asita," tuturnya.
Baca juga: Wow! Pertumbuhan Pariwisata Indonesia Tertinggi ke-9 di Dunia
Jika bercermin dari upaya yang dilakukan oleh Thailand yakni memberikan persyaratan khusus, wisatawan harus membawa dollar yang senilai Rp 1,8 juta atau jika dibulatkan Rp 2 juta.
"Hal lainnya yang bisa kita lakukan, tidak boleh kartel, maksudnya begini, orang akan aneh memang beli barang dari originasinya, contoh turis China beli barang China di Indonesia, itu terindikasi kartel, cuma ini susah di lapangannya, tapi kalo itu kita batasi, itu akan bagus," pungkasnya.
- Penulis :
- Nani Suherni