
Pantau - Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI, Netty Prasetiyani Aher, mengkritik tajam sikap pemerintah yang menganggap wajar pembengkakan anggaran peringatan HUT RI di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Netty menilai, anggaran besar tersebut tidak pantas di tengah kondisi rakyat yang sedang kesulitan akibat maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Di mana kewajarannya? Saat ini kondisi rakyat sedang mengalami kesulitan akibat badai PHK, mengapa negara justru menghamburkan uang untuk seremoni?" ujar Netty dalam keterangan resminya, Selasa (13/8/2024).
Pemerintah telah mengakui bahwa biaya peringatan HUT RI tahun ini membengkak karena acara digelar di dua lokasi, yaitu Jakarta dan IKN.
Baca Juga: DPR Soroti Bengkaknya Anggaran Peringatan HUT RI di IKN
Selain itu, masih terbatasnya infrastruktur di IKN memaksa pemerintah untuk mengalokasikan biaya tambahan yang besar, terutama untuk transportasi dan akomodasi bagi para tamu undangan.
Netty menyoroti, keputusan menggelar acara di IKN meskipun infrastruktur belum siap hanya demi gengsi.
Menurutnya, hal ini tidak seharusnya menjadi alasan untuk mengeluarkan anggaran negara secara berlebihan.
"Tentu saja biayanya bengkak karena infrastruktur belum siap tapi sudah dipaksakan untuk membuat acara di IKN. Apakah demi gengsi semata maka uang negara dikeluarkan jor-joran?" tegasnya.
Baca Juga: Prabowo: Pembangunan Gedung DPR/MPR di IKN Jadi Prioritas
Ia menambahkan, pemerintah seharusnya lebih fokus pada penanganan berbagai persoalan mendesak yang dihadapi masyarakat, terutama terkait dampak ekonomi dari gelombang PHK.
"Saat ini kita tengah menghadapi badai pemutusan hubungan kerja (PHK) yang pasti berdampak pada perekonomian masyarakat. Bukankah ini lebih prioritas untuk ditanggulangi?" kata Netty.
Netty mencontohkan, sektor tekstil dan pakaian jadi mengalami pelambatan pertumbuhan yang menyebabkan PHK dan penutupan pabrik.
"Ironinya, belum ada intervensi dari pemerintah untuk mengatasinya, malah sibuk buat acara megah di IKN. Pemerintah harusnya prioritaskan ini," tutupnya.
- Penulis :
- Aditya Andreas
- Editor :
- Sofian Faiq