
Pantau – Sentimen rilis data inflasi produsen Amerika Serikat (AS) Oktober 2024 yang lebih tinggi dari bulan sebelumnya memaksa nilai tukar rupiah berakhir di zona merah terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat (15/11/2024).
Pada akhir perdagangan Jumat, rupiah turun 12 poin atau 0,08 persen menjadi Rp15.874 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.862 per dolar AS.
Data inflasi produsen AS bulan Oktober yang dirilis semalam menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya untuk month to month 0,2 persen dibandingkan 0,1 persen.
Begitu kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat (15/11/2024).
Baca juga: Neraca Perdagangan Diteropong Surplus Tapi Nilai Tukar Rupiah Longsor
Data inflasi produsen AS tersebut mengonfirmasi hasil data inflasi konsumen AS di hari sebelumnya bahwa inflasi di AS masih berpotensi naik lagi.
Ariston menuturkan, perkembangan terbaru dari Timur Tengah dengan serangan-serangan Israel ke negara sekitarnya juga menambah penguatan dolar AS.
Sementara dari dalam negeri, neraca perdagangan Indonesia Oktober 2024 mencatatkan surplus sebesar 2,48 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan surplus pada September 2024 sebesar 3,26 miliar dolar AS. Namun, menurut Ariston data tersebut tidak banyak membantu penguatan rupiah hari ini karena sentimen dari luar masih cukup kuat.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat merosot ke level Rp15.888 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.873 per dolar AS.
Baca juga: Nilai Tukar Rupiah Loyo Lantaran Sentimen Inflasi AS
- Penulis :
- Ahmad Munjin