Pantau.com - Pemerintah melakukan berbagai kebijakan impor untuk menekan defisit transaksi berjalan tahun 2018. Salah satunya dengan program Biodiesel 20 (B20) untuk menekan impor solar.
"B20 memang ditujukkan utnuk kurangi sebagian impor solar, yang sebetulnya kalau secara globalnya itu memang menariknya ada," ujarnya saat ditemui di Pertamina Energy Forum 2018, Hotel Raffles, Jakarta Selatan, Rabu (28/11/2018).
Baca juga: Dirut Pertamina Targetkan Produksi Minyak Capai 2 Juta Barrel per Hari
Kendati demikian Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan ditengah penekanan jumlah impor yang diikuti penurunan impor oleh beberapa perusahaan namun ada perusahaan yang justru impornya meningkat.
"Saya enggak mau bilang lah siapa itu, tapi kita tau siapa yang impornya malah naik, dalam situasi seperti ini yang lain semua turun dia naik," imbuhnya.
Darmin mengaku sudah tahu pelakunya namun ia mengaku belum mengetahui apa penyebabnya sehingga dia enggan menyebutkan.
"Kita akan bereskan itu, kita belum tahu kenapanya, tapi kita tahu siapa itu dulu," ungkapnya.
Baca juga: Tanggapan yang Salah Kaprah Saat Investasi Emas
Seperti diketahui sebelumnya, kendala pelaksanaan kebijakan B20 yakni karena titik pencampuran terlalu banyak. Hal ini kemudian ditanggulangi dengan perombakan jumlah titik pencampuran FAME.
"Ada hampir 100 dalam hal ini jadi perlu kapal banyak setiap perusahaan pengiriman FAME perlu kapal. anda tau kapal begitu harus ada sertifikat Pertamina baru boleh angkut itu dan enggak cukup, sekarang kita sudah minta turunkan jumlah titik pencampurannya, saya tadinya minta 11, Pertamina masih nawar sampai akhir tahun 24 titik," pungkasnya.
- Penulis :
- Nani Suherni
