Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Revisi PP Devisa Hasil Ekspor Diyakini Ampuh Kokohkan Rupiah

Oleh Ahmad Munjin
SHARE   :

Revisi PP Devisa Hasil Ekspor Diyakini Ampuh Kokohkan Rupiah
Foto: Petugas menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS. (Antara/Rivan Awal Lingga)

Pantau - Revisi terbaru Peraturan Pemerintah (PP) Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) diyakini ampuh memberikan sentimen positif terhadap kurs rupiah.

Sebagai informasi, nilai tukar rupiah (kurs) pada pembukaan perdagangan hari Rabu (5/2/2025) di Jakarta menguat hingga 51 poin atau 0,31 persen menjadi Rp16.300 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.351 per dolar AS.

Revisi PP DHE bisa secara drastis meningkatkan cadev (cadangan devisa) kita. Tentunya, akan sangat berguna bagi intervensi BI (Bank Indonesia). Dengan cadev yang tinggi, maka juga bisa mengurangi niat spekulator rupiah.

Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong mengungkapkan itu seperti dikutip ANTARA di Jakarta, Rabu (5/2/2025).

Baca juga: Penguatan Nilai Tukar Rupiah Terancam Sentimen Manufaktur AS

Masa penempatan DHE SDA disebut akan berlangsung selama satu tahun dan persentase DHE yang harus ditempatkan meningkat jadi 100 persen. Hal ini berpotensi menambah cadangan devisa Indonesia lebih dari 90 miliar dolar Amerika Serikat (AS) menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

Di samping itu, dia menganggap tak baik bagi ekonomi apabila kurs rupiah menguat ketika mata uang dunia lainnya melemah.

“Akan tidak baik bagi ekonomi apabila mata uang kita bertahan atau malah menguat ketika mata uang dunia umumnya melemah. Hal ini bisa menurunkan daya saing, membuat produk negara kita menjadi relatif lebih mahal,” ujarnya.

Pada Senin (3/2), kurs rupiah pada penutupan perdagangan sempat melemah kuat hingga 144 poin atau 0,88 persen menjadi Rp16.448 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.304 per dolar AS.

Baca juga: Tarif AS dari Trump Lumpuhkan Rupiah Tembus 14 Ribu per Dolar AS

Penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dipengaruhi keputusan Presiden AS Donald Trump yang menandatangani perintah eksekutif penerapan tarif 25 persen atas barang-barang impor dari Kanada, Meksiko, sementara China 10 persen. Trump juga menyatakan bakal memberlakukan tarif untuk berbagai macam produk, termasuk aluminium, farmasi, hingga minyak dan gas.

Menurut Lukman, sejauh pelemahan rupiah tak drastis dan sejalan dengan mata uang lainnya, maka hal ini sangat normal dan dapat diterima, mengingat penguatan dolar AS yang menjadi faktor utama rupiah melemah.

Memasuki penutupan perdagangan hari Selasa (4/2), kurs rupiah kembali menguat hingga 97 poin atau 0,59 persen menjadi Rp16.351 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.448 per dolar AS. Penyebab penguatan rupiah adalah penundaan rencana Presiden AS Donald Trump memberlakukan kebijakan tarif perdagangan terhadap Kanada dan Meksiko, sehingga berkontribusi terhadap pelemahan dolar AS.

Baca juga: Peretas Diduga Jadi Biang Kerok Data Kurs Rupiah Rp8.170 di Google

Penulis :
Ahmad Munjin