
Pantau – Emiten pertambangan dan konstruksi PT Petrosea Tbk (PTRO) menyampaikan perkembangan terkini sehubungan dengan capaian kinerja perusahaan.
Perseroan berhasil menutup tahun dengan membukukan total nilai perolehan kontrak sebesar Rp64,3 triliun di sepanjang 2024. Ini merupakan pertumbuhan yang signifikan dari tahun-tahun sebelumnya.
“Nilai backlog tersebut merupakan nilai tertinggi sepanjang lebih dari lima dekade Petrosea berkiprah di sektor pertambangan dan konstruksi,” ujar Chief Investment Officer Petrosea, Kartika Hendrawan dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Kamis (13/2/2025).
Selain itu, aksi korporasi melalui pemecahan saham (stock split) perseroan juga merupakan pencapaian penting.
Baca juga: Tiga Saham Prajogo Pangestu Langsung Terkubur Lantaran Ditolak MSCI
Pemecahan saham dengan rasio 1:10 di awal bulan Januari 2025 lalu yang menjadi katalis penting dalam meningkatkan likuiditas saham dan jumlah pemegang saham dari yang sebelumnya 12.883 investor di akhir 2024 menjadi 49.796 investor di akhir Januari 2025.
Dari jumlah pemegang saham tersebut, pemegang saham institusi bertambah dari 195 institusi menjadi 284 institusi, sedangkan pemegang saham perorangan bertambah dari 12.688 individu menjadi 49.512 individu.
Pemegang saham asing pun bertambah dari 109 menjadi 125 investor, walaupun penambahannya tidak sebanyak penambahan investor dalam negeri.
Di bulan Mei dan Juni 2024, Petrosea juga telah menjual seluruh saham treasury yang dimiliki perusahaan kepada publik. Adapun jumlah saham free float Petrosea mencapai 27,25 persen pada 31 Januari 2025.
Baca juga: UI dan Petrosea Kolaborasi Kembangkan Bus Listrik Mesin Diesel Pertama di Indonesia
“Dibekali keahlian dengan rekam jejak lebih dari lima dekade di industri ini, Petrosea berada dalam posisi yang kuat untuk merealisasikan strategi bisnisnya dan memberikan nilai tambah kepada para investor kami yang beragam. Pencapaian ini merupakan wujud nyata kepercayaan masyarakat dan investor yang semakin besar terhadap kinerja dan prospek pertumbuhan Petrosea, baik saat ini maupun pada masa yang akan datang,” papar dia.
Beberapa kontrak baru yang berhasil diperoleh di antaranya adalah perjanjian jasa pertambangan dengan PT Pasir Bara Prima dengan durasi life of mine dan nilai kontrak mencapai Rp17,4 triliun.
Selain itu, Petrosea menandatangani perjanjian Onshore Early Works EPC untuk proyek Ubadari, Tangguh EGR/CCUS & Tangguh Onshore Compression (UCC) dengan nilai kontrak sebesar Rp4,6 triliun dan jangka waktu 24 bulan, serta perjanjian pengadaan dan konstruksi untuk pembangunan tambang Blok Pomalaa dengan PT Vale Indonesia Tbk dengan nilai kontrak sebesar Rp2,8 triliun dan jangka waktu 24 bulan.
Pendanaan Obligasi dan Sukuk
Petrosea berhasil menyelesaikan Penawaran Umum Berkelanjutan atas Obligasi Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2024 dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2024 senilai Rp1,5 triliun yang berhasil mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscribed), tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak tanggal 16 Desember 2024.
Baca juga: Kandidat Kuat Indeks MSCI, Gerak Duo Saham Prajogo Pangestu Tak Kompak
Obligasi dan Sukuk tersebut memperoleh peringkat idA+ dan idA+(sy) (Stable Outlook) dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) dan merupakan penawaran perdana Perusahaan di pasar Obligasi dan Sukuk sejak Petrosea didirikan di tahun 1972.
Selain itu Petrosea memperoleh berbagai dukungan pendanaan dari beberapa pihak perbankan nasional, diantaranya dari PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, dengan total fasilitas yang diberikan sebesar Rp11,1 triliun.
Pendanaan perbankan yang diperoleh tersebut digunakan untuk mendukung belanja modal dan investasi peralatan pertambangan termasuk memperkuat modal kerja. Dukungan ini juga merupakan wujud nyata kepercayaan dari pihak perbankan terhadap Perusahaan.
“Kami sangat berterima kasih kepada seluruh investor dan para pemangku kepentingan lainnya atas kepercayaannya terhadap Petrosea sehingga kami dapat terus tumbuh dan memberikan nilai tambah secara berkelanjutan,” imbuh Kartika Hendrawan.
Baca juga: Prajogo Pangestu Miliki Kadar Oligarki 8,4 Juta Kali dengan Harta Rp607,3 Triliun
- Penulis :
- Ahmad Munjin