
Pantau - Bank Indonesia (BI) terus mencermati tren kenaikan rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) pada sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), yang dikhawatirkan dapat mengganggu daya tahan ekonomi nasional.
Meski penyaluran kredit masih tumbuh, kondisi ekonomi yang menantang mendorong BI dan perbankan lebih selektif dalam menyalurkan pembiayaan.
Kredit UMKM Terus Dipantau, Perbankan Lebih Hati-Hati
Kepala Perwakilan BI Provinsi Lampung, Bimo Epyanto, menyatakan bahwa peningkatan NPL UMKM menjadi perhatian serius.
"Ini yang tentu kami amati, kami cermati, supaya jangan sampai ini berlangsung terlalu lama... Harapan kita kan tidak seperti itu," ungkapnya.
BI memantau kualitas kredit UMKM untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, mengingat sektor riil merupakan tulang punggung ekonomi masyarakat.
Bimo menegaskan bahwa perbankan tetap menunjukkan optimisme terhadap prospek pembiayaan, terutama pada sektor-sektor unggulan seperti kopi, kakao, dan padi, yang saat ini mengalami tren harga positif.
Namun, penyaluran kredit tetap dilakukan dengan kehati-hatian.
"Jadi, tetap ada kehati-hatian di sisi perbankannya," tambahnya.
Data Kredit dan Program Penguatan UMKM
Data Sistem Layanan Informasi Keuangan (SPI) OJK menunjukkan bahwa baki debet UMKM secara nasional per Maret 2025 mencapai Rp1.496,79 triliun, tumbuh 1,94 persen secara tahunan (yoy) dari Rp1.468,2 triliun.
Sementara di Lampung, baki debet UMKM tumbuh lebih tinggi, yakni 3,04 persen yoy dari Rp30,39 triliun menjadi Rp31,32 triliun per Maret 2025.
Namun demikian, rasio NPL UMKM secara nasional juga mengalami kenaikan, dari 3,98 persen pada Maret 2024 menjadi 4,14 persen pada Maret 2025, atau naik 16 basis poin, dengan total kredit bermasalah sebesar Rp61,98 triliun.
Untuk mendukung sektor UMKM, BI juga terus mendorong program pemberdayaan seperti Industri Kreatif Syariah Indonesia (IKRA), khususnya di bidang makanan halal dan modest fashion.
"Kami memanfaatkan 46 KPw dalam negeri untuk mengembangkan IKRA... dipilih, dikurasi, bootcamp, dan promosi perdagangan," ujar Imam Hartono, perwakilan BI.
Festival Ekonomi Syariah Sumatera Catat Transaksi Miliaran
BI turut menggelar Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Sumatera pada 21–25 Juni 2025 di Bandarlampung, sebagai bagian dari penguatan ekonomi syariah dan pemberdayaan UMKM.
FESyar 2025 diikuti oleh 210 UMKM dan berhasil mencatat 45.006 pengunjung serta audience.
Selama penyelenggaraan, penjualan mencapai Rp1,7 miliar, dengan komitmen temu bisnis senilai Rp3,6 miliar dan pembiayaan sebesar Rp7,13 miliar, hasil kolaborasi antara BI, OJK, dan Asbisindo Lampung.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf