
Pantau - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan bahwa rencana pemberangkatan ibadah haji dan umrah melalui jalur laut masih membutuhkan kajian komprehensif, baik dari sisi infrastruktur maupun kesiapan layanan pendukung lainnya.
"Untuk itu dibutuhkan kajian komprehensif," ujar perwakilan Kemenhub dalam pernyataan resminya.
Kajian tersebut mencakup kesiapan sarana dan prasarana seperti pelabuhan, layanan bea cukai, imigrasi, serta sistem logistik dan transportasi pendukung lainnya.
Selain itu, Kemenhub juga menyoroti keterbatasan armada kapal dan mempertimbangkan apakah biaya transportasi laut bisa lebih terjangkau dibanding jalur udara.
"Selain itu juga aspek sarananya, terkait kapal yang tersedia saat ini, juga hal ini terkait apakah biaya transportasi terjangkau dan pangsa pasar yang ada karena menggunakan kapal tentunya membutuhkan waktu yang lebih lama," jelasnya.
Kenyamanan Jamaah dan Segmentasi Pasar Jadi Pertimbangan
Durasi perjalanan laut yang lebih lama dibandingkan pesawat menjadi salah satu pertimbangan utama pemerintah, terutama menyangkut kenyamanan jamaah.
Kemenhub menilai bahwa karakteristik perjalanan haji dan umrah lewat kapal memiliki segmen pasar yang berbeda dengan perjalanan udara.
"Tentunya pangsa pasar haji lewat kapal agak berbeda dengan haji yang menggunakan pesawat," ungkap pihak Kemenhub.
Karena itu, diperlukan pendekatan kebijakan yang tepat agar layanan ini benar-benar bermanfaat dan berkelanjutan bagi masyarakat.
Kemenhub menyatakan siap mendukung upaya ini dengan tetap mengutamakan aspek keselamatan, keamanan, dan kenyamanan bagi para jamaah.
Kerja Sama dengan Saudi dan Peluang Regional Terbuka
Pemerintah Indonesia juga sedang menjajaki peluang kerja sama dengan otoritas Arab Saudi untuk membuka jalur laut sebagai alternatif pemberangkatan haji dan umrah.
"Digagas ke depan kami kira sangat prospektif memperkenalkan umrah dan haji melalui kapal laut. Kami juga kemarin berbicara dengan sejumlah pejabat-pejabat di Saudi Arabia," kata perwakilan Kemenhub.
Jika infrastruktur pelabuhan dan sistem transportasi laut telah memenuhi syarat, maka opsi ini dapat menjadi solusi yang lebih ekonomis bagi sebagian masyarakat.
"Kalau memang itu persyaratannya terpenuhi, peluangnya sudah dibangun sekarang. Itu terbuka," tambahnya.
Model ini membuka kemungkinan akses ibadah haji dan umrah ke Tanah Suci melalui pelabuhan-pelabuhan seperti Jeddah, bukan hanya bagi negara-negara kawasan seperti Mesir, tetapi juga bagi jamaah dari Indonesia dan negara-negara Asia lainnya.
"Bukan hanya negara-negara kawasan yang dekat seperti Mesir, bahkan dari Indonesia dan Asia lainnya bisa mengakses," tegasnya.
- Penulis :
- Aditya Yohan