
Pantau - Pasar tenaga kerja Inggris menunjukkan tanda-tanda pelemahan yang semakin nyata pada kuartal kedua tahun 2025, ditandai dengan peningkatan angka pengangguran dan penurunan jumlah lowongan kerja di hampir seluruh sektor industri.
Pengangguran Tertinggi dalam Empat Tahun, Sektor Seni Paling Terpukul
Menurut data terbaru dari Kantor Statistik Nasional (ONS) Inggris, tingkat pengangguran naik menjadi 4,7 persen, angka tertinggi sejak empat tahun terakhir.
Jumlah lowongan kerja turun sebesar 5,8 persen pada periode Mei hingga Juli 2025, menjadi 718.000 lowongan.
Penurunan ini tercatat terjadi di 16 dari 18 sektor industri.
Sektor seni, hiburan, dan rekreasi mengalami penurunan terbesar, yakni 17,6 persen.
Jumlah pekerja bergaji pada Juni 2025 juga mengalami penurunan sebesar 149.000 orang (0,5 persen) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dan menurun 26.000 orang (0,1 persen) dari bulan sebelumnya.
Estimasi awal untuk Juli 2025 menunjukkan jumlah pekerja bergaji berada di angka 30,3 juta.
“Pasar tenaga kerja pascapandemi di Inggris sangat bergairah. Namun masa tersebut telah resmi berakhir, pasar tenaga kerja melemah dan semakin melemah, setelah kehilangan 165.000 lapangan kerja bergaji dalam delapan bulan terakhir,” ungkap seorang analis pasar tenaga kerja.
“Secara keseluruhan, data terbaru ini menunjukkan berlanjutnya pelemahan pasar tenaga kerja,” tambahnya.
Kenaikan Upah dan Tekanan Tarif Picu PHK di Sektor Tertentu
Sektor retail dan perhotelan menjadi yang paling terdampak kehilangan lapangan kerja.
Menurut Stephen Evans, CEO Learning and Work Institute, tekanan terhadap sektor ini tidak hanya disebabkan oleh ekonomi yang lemah, tetapi juga karena kenaikan upah minimum dan meningkatnya biaya pemberi kerja.
“Sektor-sektor ini juga memiliki pertumbuhan upah terkuat, jadi kemungkinan besar ekonomi yang lemah, kenaikan upah minimum, dan biaya pemberi kerja yang lebih tinggi berdampak pada lapangan kerja,” jelasnya.
Pertumbuhan upah yang stabil, tidak termasuk bonus, bertahan di angka 5 persen dalam tiga bulan hingga Juni 2025.
“Pertumbuhan upah yang terus berlanjut menciptakan tantangan nyata bagi bisnis dan perekonomian yang lebih luas,” ujarnya.
Selain itu, kebijakan tarif Amerika Serikat turut memberi tekanan pada sektor industri tertentu di Inggris.
Meskipun telah tercapai kesepakatan perdagangan AS-Inggris, tarif untuk produk otomotif meningkat dari 2,5 persen menjadi 10 persen.
Kenaikan tarif ini berdampak langsung pada ekspor dan margin keuntungan produsen besar seperti Jaguar Land Rover, yang mengumumkan pemutusan hubungan kerja terhadap 500 karyawan.
“Dampak tarif adalah memperlambat pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia. Ketidakpastian itu sendiri sudah berdampak,” kata seorang pengamat industri otomotif.
Profesor David Spencer dari University of Leeds memperingatkan bahwa Inggris kini menghadapi risiko stagnasi ekonomi.
Menurutnya, kombinasi pertumbuhan yang lamban, pasar tenaga kerja yang lemah, pajak tenaga kerja tinggi, ketidakpastian kebijakan, dan tekanan tarif menciptakan tantangan serius bagi perekonomian nasional.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf








