Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Kencur dan Jahe Jadi Komoditas Unggulan Suku Badui, Dongkrak Ekonomi dari Ladang Tradisional

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Kencur dan Jahe Jadi Komoditas Unggulan Suku Badui, Dongkrak Ekonomi dari Ladang Tradisional
Foto: (Sumber: Seorang petani Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten tengah mempersiapkan benih kencur untuk dilakukan penanaman di lahan ladang dengan tanaman jahe dan pisang sistem tumpang sari. ANTARA/Mansur.)

Pantau - Komoditas kencur dan jahe menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat Suku Badui yang tinggal di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, melalui sistem pertanian ladang secara turun-temurun.

Sejak memasuki kalender adat bulan delapan, masyarakat Badui mempercepat penanaman kencur, jahe, dan pisang di berbagai lahan, baik di tanah ulayat adat maupun lahan sewaan.

Penanaman ini merupakan rutinitas tahunan dan menjadi bagian dari siklus hidup masyarakat adat Badui.

Sekretaris Desa Kanekes, Medi, mengatakan bahwa saat ini masyarakat mulai menggarap ladang dengan menanam tiga komoditas unggulan tersebut karena masa tanamnya tepat menurut perhitungan adat.

"Penanaman ini rutin dilakukan setiap bulan delapan menurut kalender adat," ungkapnya.

Sistem Tumpang Sari dan Potensi Ekonomi

Tanaman kencur, jahe, dan pisang dipilih karena dapat dipanen dalam waktu satu tahun dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi di pasar.

Masyarakat Badui yang tersebar di 68 perkampungan dengan sekitar 7.500 kepala keluarga juga menggunakan sistem tanam tumpang sari, yaitu menanam beberapa jenis tanaman di lahan yang sama secara bersamaan.

Komoditas yang ditanam secara tumpang sari meliputi jahe, kencur, pisang, jagung, terung, cabai, padi huma, tebu telur (turubuk), dan albasia.

Sistem ini memungkinkan hasil panen dengan berbagai jangka waktu, mulai dari bulanan hingga lima tahunan.

Namun, kencur, jahe, dan pisang tetap menjadi komoditas unggulan karena memberikan penghasilan paling menguntungkan dalam waktu relatif singkat.

Harga saat ini di tingkat petani mencapai Rp25.000 per kilogram untuk kencur, Rp15.000 per kilogram untuk jahe, dan Rp50.000 per tandan (turuy) untuk pisang ambon.

Dengan hasil panen kencur sebanyak 1 ton per hektare, petani bisa meraih pendapatan hingga Rp25 juta per hektare.

"Saya kira komoditas kencur saja sudah bisa membawa kesejahteraan keluarga dan belum ditambah pendapatan tanaman lainnya," ujar Medi.

Dukungan Komunitas dan Pemerintah Daerah

Salah satu petani Badui, Pulung, menyampaikan bahwa tahun lalu ia berhasil menghasilkan empat kuintal kencur dan mendapatkan penghasilan sebesar Rp10 juta.

Ketua Komunitas Doa Petani Muda Badui, Santa, menyebut komunitasnya memiliki 25 anggota petani, masing-masing mengelola lahan seluas satu hektare yang disewa dari Perum Perhutani.

Para petani ini mengolah lahan di Blok Cicuraheum Gunungkencana dengan menanam kencur, jahe, dan pisang sebagai sumber penghasilan tahunan.

Santa menjelaskan bahwa pertanian ladang ini tidak hanya mendukung pendapatan keluarga, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan masyarakat Badui.

Sementara itu, Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Deni Iskandar, menegaskan bahwa penghidupan masyarakat Badui sangat bergantung pada hasil pertanian ladang.

"Kami menjamin kualitas kencur Badui lebih baik tanpa menggunakan pupuk kimia," ia menyampaikan.

Penulis :
Ahmad Yusuf