
Pantau - Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan bahwa perekonomian Indonesia tetap menunjukkan ketahanan yang kuat di tengah gejolak global, didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang solid, inflasi yang stabil, dan tren penurunan suku bunga global.
Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan ekonomi global, termasuk Indonesia, yang naik menjadi 4,8 persen untuk tahun 2025 dari sebelumnya 4,7 persen.
Pemerintah meyakini realisasi pertumbuhan ekonomi nasional bahkan bisa melampaui proyeksi tersebut.
"Saya pikir kita akan lebih dari situ ya. Bahkan tahun ini pun akan di atas 4,8 persen," ungkap Purbaya.
Pertumbuhan Triwulan II Didorong Konsumsi dan Investasi
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,12 persen pada triwulan II tahun 2025.
Pertumbuhan ini ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang naik 5 persen serta investasi yang melonjak 6,99 persen.
Sektor manufaktur mencatat pertumbuhan 5,68 persen, tertinggi sejak 2022, dan menjadi kontributor utama terhadap PDB nasional.
"Jadi manufaktur kita di Q2 sudah mulai recover. Mungkin Q3 agak melambat sedikit, tapi Q4 pasti akan tumbuh lebih cepat lagi melalui perbaikan ekonomi dan perbaikan demand karena supply uang ditambah di sistem perekonomian," ujarnya.
Ekspor dan Inflasi Menjadi Penopang Stabilitas Ekonomi
Ekspor Indonesia tumbuh 7,8 persen secara tahunan hingga Agustus 2025, terutama dari industri pengolahan dan hilirisasi mineral seperti nikel dan tembaga.
Neraca perdagangan kumulatif Januari–Agustus 2025 tercatat meningkat 52,3 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
"Ini pertumbuhan yang amat spektakuler. Walaupun orang bilang karena mau ada tarif, mereka ini duluan front loading, tapi kalau saya lihat tetap aja tumbuh," ia mengungkapkan.
Sementara itu, inflasi tahunan per Agustus 2025 tercatat 2,31 persen, berada dalam kisaran ideal konsensus global antara 1–3 persen.
"Inflasi yang bagus itu bukan nol, bukan juga di atas 10 persen. Tapi sekarang konsensus ekonomi global antara 1 sampai 3 persen dan kita sekarang di 2,3 persen, level yang pas," jelas Purbaya.
Kebijakan Fiskal dan Moneter Tetap Sinergis
Pemerintah memastikan sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter terus diperkuat untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.
Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin guna melonggarkan likuiditas perbankan dan mendorong pembiayaan produktif.
"Sekarang semuanya sudah kita set agar ekonomi bergerak lebih cepat. Konsumsi dan investasi akan naik karena bunga turun, dan multiplier effect untuk pertumbuhan akan semakin signifikan," jelasnya.
Dengan terkendalinya inflasi, membaiknya ekspor, serta kuatnya permintaan domestik, prospek ekonomi Indonesia hingga akhir 2025 dinilai semakin optimistis.
Pemerintah berharap momentum pertumbuhan ini menjadi fondasi bagi pencapaian target pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkelanjutan di masa depan.
- Penulis :
- Arian Mesa
- Editor :
- Arian Mesa