
Pantau - Direktur Kependudukan dan Jaminan Sosial Kementerian PPN/Bappenas, Muhammad Cholifihani, menyatakan bahwa Tabel Kehidupan (Life Table) Indonesia akan menjadi instrumen strategis untuk mengubah bonus demografi menjadi dividen kesejahteraan dalam mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045.
Menjawab Tantangan Bonus Demografi dan Penduduk Menua
Menurut Cholifihani, Indonesia saat ini masih berada dalam fase bonus demografi dengan dominasi penduduk usia produktif, namun dalam waktu tidak lama akan memasuki era penduduk menua (ageing population).
"Bonus demografi tidak boleh berlalu begitu saja. Dengan Tabel Kehidupan, bonus itu kita bisa transformasikan menjadi dividen kesejahteraan," ungkapnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Bappenas menunjukkan bahwa pada tahun 2025, penduduk usia 15–64 tahun mencapai 64,61 persen, namun proporsi ini akan menurun menjadi 60,22 persen pada tahun 2045, seiring dengan meningkatnya penduduk lansia dari 11,93 persen menjadi 18,47 persen.
"Artinya, dalam beberapa dekade mendatang, proporsi penduduk lansia kita akan semakin besar. Konsekuensinya pasti jelas. Pertama adalah beban pembiayaan kesehatan dan pensiun pasti akan besar, akan meningkat. Kedua, kita perlu memastikan produktivitas tersebut yang usianya 15-64 tahun itu sehat. Bukan hanya saat muda, tapi juga ketika usianya bertambah," jelasnya.
Kebijakan Berbasis Data: Dari Angka Menjadi Arah
Tabel Kehidupan digunakan untuk memetakan pola mortalitas, usia harapan hidup, dan tantangan antar generasi, sehingga menjadi kompas kebijakan bagi pemerintah.
Cholifihani menegaskan bahwa kebijakan publik harus berbasis pada data kependudukan yang akurat.
"Tabel Kehidupan bukan hanya sekadar statistik biasa, tapi alat untuk membaca peta masa depan Indonesia," katanya.
Tabel ini disusun berdasarkan data Sensus Penduduk 2020 dengan metode statistik mutakhir, menjadikannya lebih relevan dan kontekstual dibandingkan model dari negara lain.
Sebelumnya, proyeksi kependudukan Indonesia masih banyak bergantung pada Tabel Kehidupan dari negara lain.
Cholifihani menyebut penyusunan tabel ini melibatkan kolaborasi antara BPS, UNFPA, kementerian/lembaga, akademisi, dan pemerintah daerah.
Ia mendorong agar pemerintah segera meresmikan Tabel Kehidupan nasional sebagai fondasi utama perencanaan lintas sektor.
"Jadi pelajaran utamanya ialah ketika Indonesia kemudian juga punya Tabel Kehidupan nasional, maka standar global adalah kebijakan berbasis data. Indonesia tentunya sudah berada di path (jalur) yang benar," ujarnya.
Negara-negara lain seperti Jepang, Korea Selatan, Singapura, Thailand, Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Australia telah lebih dahulu memiliki Tabel Kehidupan nasional sebagai instrumen perencanaan jangka panjang.
Berdasarkan tinjauan literatur, fungsi Tabel Kehidupan meliputi penyediaan data mortalitas rinci, pemantauan tren fertilitas, pengukuran risiko kesehatan dan pembiayaan, serta perencanaan layanan yang akurat dan adaptif.
Tabel Kehidupan juga memiliki arti penting bagi generasi muda, karena kebijakan yang tepat akan mendukung kualitas pertumbuhan mereka menuju masa depan yang lebih baik.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf