
Pantau - FLOII 2025 mencatat sejarah baru bagi industri florikultura Indonesia. Sebanyak 150 peserta pameran dan pelaku industri dari lebih dari 20 negara hadir, mulai dari Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Kamboja, Taiwan, China, Ekuador, Amerika Serikat, India, Inggris, Rusia, Jepang, Hong Kong, hingga negara-negara Eropa.
“Kehadiran para pelaku global ini menunjukkan bahwa Indonesia kini menjadi salah satu poros penting dalam industri florikultura dunia,” ujar Presiden Direktur Dyandra Event Solutions, Michael Bayu A. Sumarijanto, dalam sambutannya di event dengan segmentasi tanaman terbesar se-Indonesia di ICE BSD, Kamis (23/10/2025).
Mengangkat tema 'The Botanical Futures', FLOII 2025 menegaskan transformasi florikultura dari sekadar hobi menjadi industri strategis.
“Florikultura hari ini bukan lagi sekadar tren. Ini adalah bagian dari ekonomi hijau, pendorong pertanian masa depan, dan pencipta identitas botani Indonesia di tingkat internasional,” kata Michael Bayu menjelaskan arah tema tersebut.
Transisi industri ini berperan dalam memperluas lapangan kerja kreatif, memperkuat rantai nilai agrikultur, serta membuka ruang inovasi genetik dan riset tanaman hias di berbagai daerah.
Florikultura Dorong Ekonomi Hijau
FLOII 2025 juga menjadi etalase ekonomi kreatif hijau. Salah satu koleksi unggulan yang menarik perhatian publik adalah tanaman hybrid Anthurium Bonfire, yang bernilai hingga Rp300 juta per pot.
“Tanaman kita ini tidak kalah dengan IIMS, Indonesia International Motor Show, hanya saja versi lebih kecil,” ujar Michael Bayu sembari mencontohkan nilai ekonominya.
“Satu tanaman senilai Avanza, tetapi dengan nilai estetika dan inovasi genetik yang luar biasa,” tambahnya.
Menurutnya, kehadiran Anthurium Bonfire bukan sekadar sensasi pameran, melainkan bukti konkret bahwa kreativitas genetik, ketekunan budidaya, dan standar estetika tinggi mampu menciptakan value creation besar dalam industri florikultura.
“Nilai tanaman tidak hanya ditentukan bentuk dan warna, tetapi juga inovasi di baliknya. Dari proses persilangan, pemuliaan, hingga pengemasan pasar global, semua membutuhkan riset dan ketekunan,” tegasnya.
Untuk memperkuat ekosistem industri, FLOII 2025 menghadirkan berbagai program unggulan, seperti Business Forum dan Workshop tanaman hias, International Botanical Talk Series, Pavilion Spesies Nusantara, Kompetisi Tanaman Hias Internasional, dan Global Business Matchmaking.
“Program-program ini dirancang agar para pelaku usaha, akademisi, dan komunitas dapat bertukar ilmu dan peluang bisnis,” jelas Michael Bayu.
“Kami ingin FLOII menjadi ruang temu antara bisnis, pengetahuan, dan inovasi yang saling memperkuat," imbuhnya.
Pentingnya Kolaborasi Lintas Sektor
Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mempercepat pengembangan industri florikultura Indonesia menuju pasar global yang lebih berdaya saing.
“Kita tidak bisa lagi bekerja sendiri. Diperlukan jejaring yang mempertemukan petani, peneliti, desainer botani, hingga investor agar rantai nilainya tumbuh sehat,” ujar Michael Bayu.
Sebagai bagian dari dukungan lintas lembaga, penyelenggara juga menyampaikan apresiasi kepada Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas) Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Imigrasi atas kemudahan layanan bagi peserta asing FLOII 2025.
“Dukungan Imipas melalui Ditjen Imigrasi menjadi bukti konkret kolaborasi antarinstansi,” ungkapnya.
“Komitmen ini memperkuat posisi Indonesia sebagai tuan rumah terbuka bagi kerja sama internasional,” lanjutnya.
Di penghujung sambutan, ia menutup dengan refleksi optimistis.
“FLOII bukan hanya pameran tanaman hias, tetapi simbol transformasi. Di sinilah florikultura Indonesia menemukan makna baru: ekonomi hijau yang tumbuh dari estetika, sains, dan kolaborasi,” tuturnya.
Dengan keberhasilan penyelenggaraan ini, FLOII 2025 memperkokoh peran Indonesia dalam rantai global industri florikultura, sekaligus menegaskan arah masa depan ekonomi hijau berbasis inovasi botani.
- Penulis :
- Khalied Malvino