billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Prediksi Rupiah Menguat Ditopang Optimisme Perdagangan AS-China dan Data Inflasi AS yang Melandai

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Prediksi Rupiah Menguat Ditopang Optimisme Perdagangan AS-China dan Data Inflasi AS yang Melandai
Foto: (Sumber: Petugas menghitung uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo, Melawai, Jakarta, Senin (15/9/2025). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/sgd/am..)

Pantau - Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, memprediksi bahwa nilai tukar rupiah berpotensi menguat didorong oleh optimisme pasar terhadap perkembangan perundingan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China, serta data inflasi AS yang menunjukkan moderasi.

Optimisme Perdagangan dan Data Inflasi Dorong Sentimen Positif

Lukman Leong menyebut bahwa sentimen positif berasal dari laporan yang menyebut AS telah menyetujui kerangka dasar untuk pembahasan perdagangan dengan China.

"Menurut AS, telah disetujui rangka dasar untuk pembahasan. Namun seperti sebelum-sebelumnya, hal-hal tersebut, termasuk konfirmasi pertemuan Xi (Presiden China) dan Trump (Presiden AS) hanya disampaikan oleh pihak AS, dan tidak dikonfirmasi oleh China. Sedangkan investor juga was-was apabila bisa juga terjadi kegagalan mencapai kesepakatan," ungkapnya.

Mengutip kantor berita Anadolu, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa pertemuannya dengan Presiden China Xi Jinping pada pekan depan akan berjalan sangat baik.

Pertemuan itu dijadwalkan berlangsung pada 30 Oktober 2025 di sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC di Korea Selatan, dengan fokus pembahasan pada isu perdagangan, tarif, dan persoalan terkait Taiwan.

Trump menambahkan bahwa tarif sebesar 157 persen yang dikenakan terhadap China saat ini tidak dapat dipertahankan dalam jangka panjang.

Namun demikian, Lukman mengingatkan bahwa potensi penguatan rupiah akan dibatasi oleh antisipasi pasar terhadap pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) dan pertemuan Xi-Trump pada pekan ini.

Selain itu, data inflasi AS yang dirilis belum lama ini turut memperkuat sentimen positif terhadap rupiah.

Inflasi AS pada bulan September naik 0,3 persen, lebih rendah dari estimasi pasar sebesar 0,4 persen.

Secara year on year, inflasi tercatat 3,7 persen, masih di bawah ekspektasi sebesar 4,1 persen.

Inflasi inti hanya naik 0,2 persen, lebih rendah dari perkiraan 0,3 persen, dan secara year on year turun menjadi 3 persen dari perkiraan 3,1 persen.

Moderasi inflasi ini memperbesar harapan pasar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat.

Berdasarkan perkembangan tersebut, rupiah diperkirakan akan bergerak di kisaran Rp16.550–Rp16.650 per dolar AS.

Meski demikian, pada pembukaan perdagangan hari Senin di Jakarta, nilai tukar rupiah justru tercatat melemah tipis sebesar 3 poin atau 0,02 persen menjadi Rp16.605 per dolar AS, dari sebelumnya Rp16.602 per dolar AS.

Penulis :
Ahmad Yusuf