
Pantau - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, 6 November 2025, ditutup menguat sebesar 18,55 poin atau 0,22 persen ke level 8.337,06, didorong oleh optimisme terhadap prospek ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2025 dan dampak positif dari review indeks MSCI.
Pergerakan IHSG dan Faktor Pendorong
IHSG sepanjang perdagangan Kamis dibuka menguat dan terus berada di zona hijau hingga penutupan sesi kedua.
Indeks LQ45, yang memuat 45 saham unggulan, juga mengalami kenaikan tipis sebesar 0,76 poin atau 0,09 persen ke posisi 847,65.
Kepala Riset Phintraco Sekuritas, Ratna Lim, menyampaikan bahwa sentimen positif datang dari ekspektasi perbaikan ekonomi dalam negeri serta pengumuman hasil review kuartalan indeks MSCI.
"Optimisme akan membaiknya ekonomi domestik di kuartal IV-2025, serta adanya pengumuman review kuartalan indeks MSCI, dimana beberapa saham berhasil masuk dalam perhitungan indeks MSCI, telah menjadi faktor positif pada perdagangan Kamis," ungkapnya dalam kajian tertulis di Jakarta.
Sektor industri memimpin penguatan sektoral dengan kenaikan 2,16 persen, disusul sektor energi yang naik 1,86 persen dan sektor transportasi & logistik yang menguat 1,21 persen.
Namun, tiga sektor mengalami pelemahan, yaitu sektor barang konsumen primer yang turun 0,77 persen, sektor barang baku turun 0,67 persen, dan sektor kesehatan turun 0,09 persen.
Saham-saham yang mencatatkan penguatan terbesar antara lain LABA, UNTD, NIRO, PJHB, dan DFAM.
Sementara itu, saham-saham yang mengalami penurunan terbesar adalah BABY, ATIC, PTSP, BAPA, dan KICI.
Sentimen Global dan Aktivitas Perdagangan
Pelaku pasar tengah mencermati data cadangan devisa Indonesia periode Oktober 2025 yang akan dirilis Jumat, 7 November 2025.
Data ini menjadi perhatian utama karena cadangan devisa pada bulan sebelumnya tercatat di posisi terendah sejak Juli 2024 akibat pembayaran utang luar negeri pemerintah dan intervensi Bank Indonesia untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah.
Di kawasan Asia, perhatian juga tertuju pada rilis data ekspor-impor China.
Ekspor China diperkirakan tumbuh 7,3 persen year on year (yoy) pada Oktober 2025, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 8,3 persen (yoy) pada September.
Impor diprediksi meningkat 7 persen (yoy), turun dari 7,4 persen (yoy) bulan sebelumnya.
Dari Amerika Serikat, pasar menantikan data awal Michigan Consumer Sentiment bulan November yang diproyeksikan berada di level 53,2, sedikit turun dari 53,6 pada Oktober 2025.
Di pasar regional Asia, indeks Nikkei mengalami penurunan tajam sebesar 1.200,20 poin atau 2,33 persen ke posisi 50.297,00.
Indeks Hang Seng turun 16,99 poin atau 0,07 persen ke level 25.935,41.
Sementara itu, indeks Shanghai naik 9,06 poin atau 0,23 persen ke posisi 3.969,25, dan indeks Strait Times melemah 5,60 poin atau 0,13 persen ke posisi 4.417,12.
Frekuensi perdagangan saham di BEI tercatat sebanyak 2.391.818 kali transaksi dengan volume 25,96 miliar lembar saham dan nilai transaksi mencapai Rp18,47 triliun.
Sebanyak 394 saham ditutup menguat, 259 saham melemah, dan 158 saham stagnan.
- Penulis :
- Arian Mesa







