
Pantau - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat dari total kapasitas pembangkit listrik nasional sebesar 107 gigawatt (GW), baru 14,4 persen atau sekitar 15,47 GW yang bersumber dari energi terbarukan.
Komposisi Energi Terbarukan Nasional
Porsi terbesar pembangkit energi bersih berasal dari pembangkit listrik tenaga air yang menyumbang 7,1 persen atau 7,57 GW dari kapasitas nasional.
Sumber energi terbarukan lainnya terdiri dari tenaga biomassa sebesar 3 persen atau 3,17 GW, tenaga panas bumi sebesar 2,6 persen atau 2,74 GW, tenaga surya sebesar 1,3 persen atau 1,37 GW, tenaga bayu sebesar 0,1 persen atau 0,15 GW, dan sumber energi terbarukan lainnya sebesar 0,3 persen atau 0,47 GW.
Tri Winarno menyatakan bahwa pencapaian ini menjadi pengingat penting akan besarnya potensi energi terbarukan yang dimiliki Indonesia.
"Porsi 14,4 persen ini masih relatif kecil dibandingkan potensi besar yang kita miliki," ungkapnya.
Ia juga menyampaikan bahwa pengembangan energi baru dan terbarukan perlu dipercepat untuk mengejar target transisi energi nasional.
Dominasi Energi Fosil Masih Menguat
Struktur pembangkit listrik nasional masih sangat bergantung pada energi fosil, khususnya batu bara.
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara mendominasi dengan kapasitas sebesar 55,1 persen atau 59,07 GW.
Menurut Kementerian ESDM, PLTU batu bara tetap dibutuhkan sebagai pembangkit beban dasar yang beroperasi 24 jam penuh guna menjamin pasokan listrik nasional.
Selain itu, pembangkit berbahan bakar gas juga terus dikembangkan karena memiliki fleksibilitas tinggi untuk menyesuaikan beban listrik.
Kapasitas pembangkit listrik berbasis gas mencapai 24,5 persen atau 26,28 GW dari total kapasitas nasional.
Pembangkit listrik berbasis diesel menyumbang 6 persen atau sebesar 6,41 GW.
Tri Winarno menekankan bahwa percepatan transisi energi harus didorong dengan tetap memperhatikan kebutuhan pasokan listrik yang andal.
- Penulis :
- Arian Mesa







