HOME  ⁄  Ekonomi

Sisi Kelam Hunian Minimalis Dambaan Kaum Millennials

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Sisi Kelam Hunian Minimalis Dambaan Kaum Millennials

Pantau.com - Rumah mungil kini dianggap solusi bagi generasi milenial yang tak sanggup membeli rumah berukuran besar seperti yang dimiliki orang tua mereka.

Meski tak ada sensus untuk rumah-rumah mungil, popularitasnya menggelora dalam satu dekade terakhir sejak resesi besar. Salah satu buktinya adalah munculnya banyak produsen rumah tipe ini.

Bermula di AS, rumah mungil kini juga bermunculan di seantero Kanada, Australia, dan Inggris Raya. Rumah mungil ini dipromosikan sebagai jawaban atas krisis perumahan berharga terjangkau. Ini adalah alternatif yang didambakan dari rumah tradisional dan hipotek yang menyertainya.

Baca juga: Gen Z sudah Mulai Kerja, Saingan Baru Millennilas Beli Rumah Nih

Namun banyak kompleksitas dan kontradiksi yang menyelimuti ruang kecil ini, seperti yang saya temukan saat saya mulai menyelidikinya.

Dikutip BBC, penulis mengatakan telah mengelilingi banyak rumah, menghadiri berbagai festival perumahan, tinggal di komunitas pemukiman mungil dan mewawancarai puluhan orang yang tinggal di dalamnya.

Ia meneliti hingga ke seluruh penjuru Amerika Serikat. Kemudian mengunjungi ruang tambahan yang dialihkan menjadi rumah mungil permanen di antara hunian biasa di Pulau Staten.

Bahkan untuk memastikan layak tidaknya rumah itu, dia juga bertemu komunitas di Florida yang tinggal di perumahan elok penuh warna. Hunian ini berselisih satu jalan raya dari Disney World.

Baca juga: Kata Perencana Keuangan, Kamu Wajib Kurangi Kebiasaan Ini Jika Ingin Kantong Tebal!

Berikut ini adalah hal-hal tak terduga saya temukan.

1. Rumah mungil dan jenjang memiliki hunian


Foto: Getty Image

Generasi milenial menghadapi tantangan nyata dalam isu kepemilikan rumah. Mereka mendambakan hak milik atas rumah tapi tak mudah merealisasikannya seperti orang tua mereka. Akibat situasi ini, mereka disebut sebagai 'Generasi Penyewa'.

"Jika mereka menganggap rumah ini sebagai opsi sementara, mereka akan mengabaikan kesempatan mengembangkan hidup. Pada kenyataannya, rencana yang mereka susun tidak mesti terlaksana,: ungkapnya.

Tak cuma tantangan menabung untuk hunian yang lebih besar, menjual rumah mungil tidaklah mudah karena nilainya sering kali menurun. Dan karena rumah kecil ini tak menjejak di tanah, ada tanda tanya besar tentang daya tahannya dalam jangka panjang.

Baca juga: Hore! Pemerintah akan Beri Subsidi Khusus KPR Millenials, Syaratnya.....

2. Bukan rumah tapak


Foto: Getty Image

Rumah mungil biasanya dilengkapi ban sebagai siasat menghindari regulasi pemerintah tentang minimum ukuran rumah layak huni. Peraturan ini kerap membuat penghuni rumah mungil was-was.

"Merujuk pengalaman saya tinggal di rumah tipe ini, saya mengingat perhatian tentang roda yang ada di bawah rumah dan sedikit goyangan saat saya melompat dari tangga kamar loteng," tambahnya.

Mayoritas penghuni rumah jenis mungil yang ia wawancarai menyatakan keinginan tinggal di hunian tetap pada masa depan.

Baca juga: 3 Pesan LBH untuk OJK Benahi Pinjaman Online

3. Rumah kecil tak sama dengan pengeluaran minim


Foto: Getty Image

Hunian mungil sering dianggap sebagai pilihan rumah untuk hidup yang berkelanjutan. Ini tentu peluang menyimpan uang lebih untuk mengejar keinginan memiliki rumah besar dan pengeluaran energi, material bangunan, dan lain-lain. Namun tujuan mengurangi dampak negatif dengan memiliki rumah kecil ternyata tak selalu tercapai.

"Beberapa hunian mungil yang menggunakan penyimpanan luar ruang untuk barang-barang tak muat di dalam rumah," ungkapnya. 

Di luar antusias masyarakat terhadap hunian mungil, keberlanjutan bukanlah faktor yang mendorong orang untuk memilikinya. Sebaliknya, ini semacam renungan. Butuh lebih dari sekedar perubahan ukuran rumah untuk mengganti mental orang-orang yang tinggal di dalamnya.

Penulis :
Nani Suherni

Terpopuler