
Pantau.com - Indonesia masih terjebak dalam masyarakat dengan pendapatan menengah atau middle income trap. Ekonom senior Institute for Development of Economic and Finance (INDEF), Nawir Messi untuk mendongkrak Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi, dibutuhkan pertumbuhan ekonomi 7,5 persen.
"Banyak negara tak bisa beranjak terus menerus dalam level berpendapat menengah. Indonesia untuk masuk masyarakat berpendapatan tinggi maka (pertumbuhan ekonomi) Indonesia harus naik 7,5 persen setiap tahun hingga tahun 2030," ujarnya dalam sebuah diskusi di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (7/2/2019).
Baca juga: Wajib Tahu Gengs! Laporan Pajak Sekarang Harus Gunakan e-Filing, Buruan Register
Lebih lanjut kata dia, ini bukan pekerjaan kecil banyak tantangan mendorong perekonomian Indonesia untuk naik kelas. Pasalnya, pola pertumbuhan selama beberapa tahun akhir ini makin jauh ke pola pertumbuhan tinggi.
"Yang kita alami pertumbuhan moderat 5 persen, bahkan yang diumumkan BPS tak ada kecenderungan naik bahkan sampai 7 persen terlalu jauh," imbuhnya.
Menurutnya, pendongkrak pertumbuhan ekonomi untuk bebas dari middle income trap yakni dilihat dari aspek investasi. Total Investment kecenderungan 2012-2018 secara umum kecenderungannya turun gradual.
"Tapi FDI ini penting, karena nanti kita lihat gap investasi dan tabungan nasional yang begitu tinggi, sehingga butuh investasi asing langsung, grafik merah waktu ke waktu turun, ini tantangan ketika berharap ekonomi tumbuh rata-rata 7 persen, investment sebagai penggerak pertumbuhan malah alami penurunan," katanya.
Baca juga: Menteri Keuangan Era SBY dan Senior Sri Mulyani Korek Utang Negara
Butuh peningkatan investasi hingga 43 persen untuk mewujudkannya dan menurutnya, ini bukan kerjaan ringan. Untuk mengarah kesana kata dia, perlu reformasi yang komprehensif menyentuh persoalan mendasar terutama dari sisi supply side perekonomian.
"Tanpa sentuhan yang mendasar itu saya kira kita mimpi untuk keluar dari perangkat middle income trap," pungkasnya.
- Penulis :
- Nani Suherni