billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Jadi Negara dengan Gaji Tertinggi, Warga Swiss Pilih Uang Tunai

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Jadi Negara dengan Gaji Tertinggi, Warga Swiss Pilih Uang Tunai

Pantau.com - Ketika dunia mulai beralih ke pembayaran tanpa uang tunai, Swiss justru menerbitkan lembar uang kertas senilai Rp13,9 juta. Padahal negara ini tercatat sebagai negara dengan penghasilan paling tinggi. 

Bulan lalu, Swiss meluncurkan uang kertas baru untuk disimpan di dalam dompet. Pecahan 1.000 franc berwarna ungu adalah uang terbaru yang dikeluarkan dalam rangkaian perombakan yang dilakukan Bank Nasional Swiss (SNB). Uang kertas ini berukuran sedikit lebih kecil dan menunjukkan dua tangan saling menjabat di atas bola dunia.

Dan ini bukan uang kertas biasa, melainkan salah satu yang paling berharga di dunia, nilainya sekitar 880 euro (Rp13,9 juta). Menurut angka terbaru SNB, lebih dari 48 juta uang baru ini beredar di masyarakat, mencakup sekitar 60 persen dari nilai semua uang kertas di Swiss.

Namun perombakan ini terjadi ketika negara-negara lain sedang perlahan-lahan menghapus uang kertas bernilai tinggi serta menurunnya penggunaan uang tunai di negara-negara Eropa, meskipun dengan laju yang berbeda-beda.

Baca juga: Minyak Sawit RI Disulap Jadi Energi Terbarukan, Eropa Panik!

Cara pembayaran dominan

Dalam diskusi tentang uang kertas baru ini pada pada awal Maret, Wakil Ketua SNB Fritz Zurbruegg menjelaskan bahwa uang tunai bagi masyarakat Swiss adalah "fenomena budaya".

"Pecahan 1.000 franc "sesuai dengan yang diinginkan masyarakat. Uang pecahan tersebut populer untuk jual-beli bernilai tinggi dan membayar tagihan di kantor pos, juga menjadi penyimpan nilai, imbuhnya.

Di Swiss, uang tunai masih menjadi cara pembayaran yang dominan. Di sini ada asumsi bahwa setiap orang membawa uang tunai, bahkan dalam ekonomi digital yang semakin meningkat. Kebanyakan orang Swiss tidak kesulitan untuk membeli sandwich atau membayar potong rambut ketika mesin pembayaran kartu rusak.


Uang pecahan 1000 franc, salah satu uang kertas paling berharga di dunia (Foto: SNB ARCHIVE)

Jika anda harus membayar kopi dengan uang kertas 100 franc (Rp1,3 juta), tidak perlu meminta maaf — tidak ada yang akan bertanya apakah anda punya uang kecil. Dan untuk barang-barang yang lebih mahal, beberapa bank bahkan memungkinkan anda untuk menarik hingga 5.000 franc (Rp70 juta) per hari (atau 10.000 sebulan) di mesin ATM tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Membeli mobil yang harganya puluhan ribu franc dengan uang tunai juga bukan hal aneh.

Dikutip BBC, survei SNB pada tahun 2017 tentang perilaku pembayaran 2.000 warga Swiss menemukan bahwa mereka melakukan 70 persen transaksi mereka secara tunai. Kartu debit menyumbang 22 persen, diikuti oleh kartu kredit sebesar 5 persen. Metode inovatif seperti aplikasi pembayaran dan pembayaran kartu tanpa kontak sangat jarang dilakukan.

Di sisi lain, laporan tahun 2018 oleh Bank for International Settlements (BIS) mengatakan bahwa secara global, banyak pembayaran yang biasanya dilakukan secara tunai kini dilakukan secara elektronik. Sementara tetangga seperti Jerman tampaknya juga masih tertarik pada uang tunai, negara-negara Eropa lainnya seperti Swedia dan Belanda cepat-cepat menjauhinya.

Baca juga: Nekat Habis... Tak Hanya Diesel, ITB-Pertamina Juga Garap Avtur Sawit

Kenapa orang Swiss lebih suka uang tunai? 

Ada dua alasan sederhana — pertama, uang tunai secara luas dianggap sebagai bagian dari budaya mereka; kedua, masyarakat percaya bahwa uang tunai lebih memudahkan mereka untuk melacak pengeluaran.

Di Basel, Chris Troiani warga Swiss yang berusia 53 tahun membenarkan hal ini. Ia menilai banyak orang yang ia kenal masih lebih merasa aman bila membawa uang tunai dalam jumlah besar di dompet mereka.

Philippe Chappuis, 44, lebih suka membayar dengan kartu atau aplikasi pembayaran seluler— tetapi untuk alasan praktis. "Saya tidak suka dompet saya diisi dengan koin," katanya. Namun ia bisa memahami mengapa orang menyukai uang tunai.

Baca juga: Ssttt...... Indonesia Punya Bensin Nabati Berkualitas Tinggi

Menurut Chappuis, penggunaan suku bunga negatif SNB telah menimbulkan rasa ketidakpastian tentang bagaimana bank dapat bereaksi dan meningkatkan kekhawatiran akan uang virtual. Jürgen Engler, pedagang lainnya di Basel's Marketplatz, hanya menerima uang tunai. 

"Dua atau tiga pelanggan sebulan meminta untuk membayar dengan kartu," katanya. 

"Ketika saya pergi ke toko saya suka membayar dengan kartu, tetapi ketika saya pergi ke pasar atau ke restoran saya selalu membayar dengan uang sungguhan," pungkasnya.

rn
Penulis :
Nani Suherni