Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Tarif Parkir Selangit, Jakarta Fair Kena Catatan YLKI

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Tarif Parkir Selangit, Jakarta Fair Kena Catatan YLKI

Pantau.com - Gelaran Pekan Raya Jakarta (PRJ) atau biasa dikenal dengan Jakarta Fair mendapat catatan dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Menurut Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi menilai ada beberapa aspek yang menilai Jakarta Fair justru justru tak fair. Hal ini dipantaunya secara langsung saat mengunjungi PRJ pada Sabtu (22 Juni 2019). Ia mencatat tiga aspek yakni;

Baca juga: Komidi Putar di PRJ Ambruk, Polisi Duga Mesin Mati Mendadak

1. Tarif parkir

Ilustrasi parkiran (Foto: Pantau.com/Fery Heryadi)

Dipatok harga flat yakni Rp30.000 per sekali masuk. Tarif sebesar ini terlalu mahal. Ini sama saja menjadikan kenaikan tiket masuk secara terselubung. Sedangkan tiket masuk tarifnya Rp40.000 per orang. 

Jadi konsumen (pengguna mobil) harus merogoh kocek Rp70.000. Kondisi area parkir sangat tidak nyaman, terbuka, dan berdebu. Selain itu, managemen PRJ seharusnya bisa menakar berapa kapasitas maksimal area PRJ an area parkir. 

"Bukan malah sebaliknya,  pengunjung terus diterima masuk ke area PRJ sehingga sangat sulit mencari area parkir, dan di dalam area PRJ sangat penuh sesak," ujarnya melalui keterangan tertulisnya.

Baca juga: Pantau Video: Gedung di Area PRJ Kebakaran

2. Kurangnya Fasos dan Fasum 


Ilustrasi (Foto: Pixabay)

Keberadaan dan jumlah toilet, plus tempat ibadah terbilang minim penandaan. Jadi pengunjung harus mencari-cari petugas untuk bertanya, dimana keberadaan toilet dan mushola. Selain itu terjadi antrean yang panjang di toilet perempuan. Disaat pengunjung membludak seperti itu, seharusnya disiapkan portable toilet.

Baca juga: Bukan Hanya dengan Cash, Coba Tengok Pembayaran Unik di Jakarta Fair

3. Area PRJ Banyak Orang Merokok


Ilustrasi (Foto: Pixabay)

Banyak SPG (Sales Promotion Girl) yang menjajakan dan mempromosikan produk rokok, dari beberapa merek. Rokok ditawarkan dengan promosi/diskon, Rp20.000 mendapatkan dua bungkus rokok, plus wadah asesorisnya.

"PRJ yang mengklaim berskala internasional, kalah dengan area pasar tradisional di Kota Bangkok (Pasar Tjacucak) yang terbebas asap rokok. Tidak ada orang merokok di pasar tersebut, apalagi ada SPG yang jualan rokok. Padahal area PRJ sebagai tempat umum adalah area KTR (Kawasan Tanpa Rokok)," jelasnya.

Ia memberikan catatan bahwa waktu satu minggu lagi diharapkan ada perbaikan. 

"Jangan cuma memungut tarif yang mahal, tetapi gagal menyamankan pengunjungnya. Pemprov DKI pun seharusnya mengawasi pelaksanaan PRJ tersebut," pungkasnya.

rn
Penulis :
Nani Suherni