
Pantau.com - Bank Indonesia mencatat depresiasi rupiah akibat kenaikan nilai tukar dolar AS hingga April 2018 secara year to date poin to poin sebesar 2,06 persen.
Namun negara sahabat, Thailand dan Malaysia justru mengalami apresiasi ditengah guncangan penguatan dollar AS.
"Kami mengevaluasi Maret dan April kalau kita lihat sampai April year to date, point to point rupiah ada depresiasi 2,06 persen, memang Thailand Baht, Malaysia Ringgit itu ada apresiasi 2,2 persen dan 2,4 persen," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo saat jumpa pers di Gedung BI, jl. Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (17/5/2018).
Baca juga: Ekonom Ini Yakin Pelemahan Rupiah Tak Capai Rp15.000
Agus menjelaskan, hal tersebut salah satunya disebabkan karena kedua negara tersebut mengalami surplus sedangkan negara Indonesia masih mengalami defisit transaksi berjalan.
"Kita melihat secara umum kekuatan Malaysia Thailand dibandingkan Indonesia adalah salah satu di transaksi berjalan, dimana mereka menikmati surplus sedangkan Indonesia masih menikmati defisit maupun dalam batas sehat dimana transaksi berjalan dibawah 3 persen," ungkapnya.
Namun ia menilai depresiasi yang terjadi di Indonesia masih lebih kecil dibanding beberapa negara berkembang lainnya yang mengalami depresiasi.
"Tetapi misalnya seperti Indian Rupee 5,4 persen, Filipina Peso 4,25%, Brazil Real 8,5 persen, Turki juga 12 persen jadi itu rupiah yang di 2018 point to point depresiasi 2,8 persen," katanya.
Baca juga: Sri Mulyani: Penerimaan Pajak Capai Rp383,1 Triliun
"Namun secara umum kita memahami itu year to date kalau month to date atau week to date adakalanya mata uang itu lebih lemah daripada kita," pungkasnya.
- Penulis :
- Nani Suherni