
Pantau.com - PT Garuda Indonesia turut merasakan imbas dari ketidakstabilan kurs rupiah yang terjadi sejak awal tahun 2018.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia Pahala N Mansury mengungkapkan, pelaporan perusahaan menggunakan mata uang dolar sehingga pihaknya mendapatkan keuntungan saat rupiah terdepresiasi.
"Karena memang sebagian besar kewajiban kita dalam rupiah, jadi kalau kewajiban dalam rupiah, rupiah terdepresiasi dibubuhkan keuntungan dalam pelaporan kita," ujarnya saat jumpa pers yang digelar di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Senin (28/5/2018).
Baca juga: Ini Langkah Pemerintah Jika Perekonomian Negara 'Bendera Putih'
Namun pihaknya tetap harus berhati-hat pasalnya pendapatan non rupiah yang didapat hanya berkisar sekitar 30 persen sedangkan pembiayaan yang menggunakan kurs asing mencapai 90 persen.
"Dari sisi casual kita tetap harus hati-hati, karena pendapatan kita yang pada mata uang dollar itu adalah 30 persen (non rupiahnya), sedangkan pembiyaan kita 90 persen dalam mata uang dollar, maintenance, fuel, sewa pesawat itu smeua dalam mata uang dollar," ungkapnya.
Sehingga menurutnya, kenaikkan yang terjadi pada pendapatan tidak seimbang dengan kenaikkan pada pembiayaannya. "Jadi Pendapatan kita naiknya tidak diimbangi dgn kenaikan biaya kita yang lebih besar. Itu juga menyebabkan extensis kita masih naik sampe 2,5 persen," pungkasnya.
Lebih lanjut harga bahan bakar yang turut merangkak juga turut membuat pembiayaan kiat tinggi. Ia menambahkan, dua tahun lalu kenaikan harga fuel jauh lebih rendah dari saat ini.
"Tahun lalu saja kenaikkan harga fuel kurang lebih mencapai 29 persen tahun ini year to date mencapai 12 persen jadi kenaikkannya sejak Januari sampai Sekarang sudah mencapai 40 persen," katanya.
Baca juga: Tak Realistis, Penurunan HET Beras Rugikan Banyak Pihak
"Belum lagi, depresiasi rupiah sekarang mencapai kira-kira 4-5 persen, jadi ya itu lihat saja karena fuel kita 30 persen dari biaya, kali 40 persen biaya kita udah naik 12 persen. Tambah lagi 90 persen kali 5 jadi mungkin mencapai 17 persen kenaikkan dari biaya," pungkasnya.
- Penulis :
- Nani Suherni