Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

BI Gelar RDG Tambahan, Apakah Suku Bunga Acuan Naik Kembali?

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

BI Gelar RDG Tambahan, Apakah Suku Bunga Acuan Naik Kembali?

Pantau.com - Bank Indonesia menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) tambahan. Padahal RDG baru saja dilaksanakan 15 hari lalu pada tanggal 17 Mei 2018.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira memprediksi tidak akan ada kenaikan suku bunga pada RDG tambahan ini.

"Untuk RDG tambahan BI diprediksi masih mempertahankan 7days repo di 4,5%. Baru setelah Juni setelah hasil rapat Fed keluar, BI akan menyesuaikan bunga acuan bila diperlukan," ujarnya saat dihubungi, Rabu (30/5/2018).

Baca juga: Belum Ada di Indonesia, Bisnis Aneh Ini Sukses di Luar Negeri

Ia menilai RDG tambahan digelar untuk menumbuhkan sentimen positif ke pasar.

"Di rapat RDG tambahan BI diperkirakan hanya melakukan market signaling atau membangun sentimen positif ke pasar," ungkapnya.

Dengan memberikan komentar bahwa BI melakukan pre emptive measures ungkapnya, atau melanjutkan intervensi cadev dan second line defense melalui kerjasama BSA (bilateral swap arrangement) dengan bank sentral negara lain khususnya Jepang. Harapannya ekspektasi pasar melihat bahwa BI akan menjaga rupiah at any cost.

"Ini terbukti rupiah menguat dibawah 14.000 setelah BI keluarkan sinyal akan lakukan stabilisasi nilai tukar dengan beberapa bauran kebijakan," paparnya.

Ia memprediksi pada RDG Juni atau Juli mendatang baru akan dinaikkan kembali 25 bps.

"Alasannya untuk mengimbangi kenaikan Fed rate hingga 3 kali tahun ini. Upaya mencegah keluarnya dana asing dari pasar keuangan Indonesia," terangnya.

Baca juga: Analis: Kinerja Harga Minyak Tekan IHSG

Ia menambahkan, sejauh ini dana asing di pasar modal masih membukukan net sales Rp39,2 triliun sejak awal tahun 2018. Alasan lain karena yield spread antara Treasury bond 10 tahun dengan yield 2,9% dan SBN yield 7,7% makin melebar.

Yield spreadnya saat ini 480 basis poin naik dibanding tgl 23 Mei saat itu masih 425 basis poin. Makin lebarnya yield spread menunjukan minat investor membeli SBN menurun. 

"Bunga acuan BI yang naik diharapkan memberi sentimen pada ekspektasi naiknya kupon SBN sehingga dana asing kembali masuk ke Indonesia," pungkasnya.

Penulis :
Nani Suherni