
Pantau - Pada awal 1800-an, ketegangan antara Amerika Serikat dan Inggris masih tinggi. Perang Revolusi Amerika yang baru saja usai tetap membekas di kedua negara, menjadikan konflik lanjutan tampak tak terelakkan.
Setelah Perang Revolusi, Fort Amsterdam, benteng peninggalan Belanda di Manhattan Selatan, dihancurkan. Kekosongan pertahanan ini mendorong rencana pembangunan serangkaian benteng baru pada 1805. Pada 1808, pembangunan salah satu benteng tersebut dimulai, yang kelak dikenal sebagai Castle Clinton.
Benteng Siap Tempur
Saat konstruksi Castle Clinton—awalnya bernama West Battery—masih berlangsung pada 1810, Inggris menyerang USS Chesapeake. Ketegangan memuncak, dan pada 1812, perang akhirnya resmi diumumkan oleh Amerika Serikat.
Baca juga: The National WWII Museum, Menelusuri Sejarah dengan Pameran Imersif di New Orleans
Castle Clinton, benteng berbentuk lingkaran dari bata merah, berdiri kokoh di atas pulau buatan. Dengan persenjataan berupa meriam 32-pounder, benteng ini siap menghadapi serangan. Namun, seperti Fort Wadsworth, Castle Clinton tak pernah terlibat pertempuran selama perang berlangsung. Hingga Perjanjian Ghent membawa perdamaian pada 1815, benteng hanya berfungsi sebagai pos penjagaan.
Setelah perang, benteng ini diberi nama baru untuk menghormati Mayor DeWitt Clinton. Namun, pada 1821, penggunaannya sebagai fasilitas militer dihentikan. Dalam beberapa tahun berikutnya, tempat ini menjadi lokasi favorit para pemancing di Manhattan.
Dari Benteng ke Pusat Hiburan
Pada 1824, Castle Clinton disewa oleh pemerintah kota dan diubah menjadi Castle Garden, sebuah restoran sekaligus pusat hiburan. Tempat ini menjadi panggung sejumlah pertunjukan prestisius, termasuk debut penyanyi opera Jenny Lind, “The Swedish Nightingale,” dan pemutaran perdana opera Luisa Miller karya Verdi di Amerika Serikat.
Baca juga: Tempat yang Cocok untuk Liburan saat Musim Hujan
Imigrasi dan Transformasi Castle Clinton
Memasuki pertengahan 1800-an, meningkatnya jumlah imigran membuat Castle Clinton beralih fungsi menjadi Emigrant Landing Depot pada 1855. Selama tiga dekade, tempat ini memproses sekitar 8 juta imigran, mencakup dua pertiga dari total kedatangan ke Amerika Serikat.
Namun, depot ini juga dikenal dengan korupsi dan kelalaian. Imigran sering menjadi korban pencurian dan pemerasan, bahkan beberapa meninggal akibat buruknya pengelolaan. Situasi ini mencetuskan istilah "Kesselgarten," nama Jerman untuk Castle Clinton, yang melambangkan tempat yang kacau dan penuh kebingungan. Pada 1890, pemerintah federal mengambil alih operasinya dan memindahkannya ke Pulau Ellis.
Menjadi Monumen Nasional
Antara 1896 hingga 1941, Castle Clinton menjadi rumah bagi Akuarium Kota New York, salah satu atraksi populer di kota ini. Namun, pada 1941, rencana pembongkaran muncul untuk memberi ruang bagi pembangunan Brooklyn-Battery Tunnel.
Baca juga: National Justice Museum, Menelusuri Sejarah Hukum di Inggris
Gelombang protes dari kelompok pelestari akhirnya menyelamatkan Castle Clinton. Pada 1946, presiden menetapkannya sebagai Monumen Nasional. Meski demikian, benteng tetap terancam hingga 1950, ketika properti ini akhirnya dikelola oleh pemerintah federal.
Castle Clinton Saat Ini
Pada 1970-an, Castle Clinton direnovasi secara besar-besaran dan dibuka kembali pada 1975. Kini, monumen ini menjadi bagian dari Battery Park dan berfungsi sebagai titik keberangkatan menuju Patung Liberty dan Pulau Ellis. Selain itu, Castle Clinton menawarkan pameran sejarah kecil dan sesekali menjadi lokasi konser.
Castle Clinton bukan hanya saksi sejarah perang, tetapi juga transformasi peran yang mencerminkan perkembangan Kota New York. Dari benteng pertahanan hingga pusat hiburan dan monumen nasional, tempat ini terus menjadi bagian penting dari sejarah Amerika.
- Penulis :
- Latisha Asharani